Kamis, 31 Oktober 2013

Puisi-Puisi Yuni Retnowati

Yuni Retnowati  sejak masih  kelas lima SD sudah mulai menulis dan mempublikasikan tulisannya lewat media massa lokal dan nasional. Saat itu tulisannya berhasil dimuat di SKM Bina (Semarang), Majalah anak-anak Putera Kita (Yogyakarta), SKM. Bernas  (Yogyakarta). Pada waktu SMP mulai suka menulis puisi dan bahkan menjuarai lomba penulisan puisi yang diselenggarakan KPS (Keluarga Penulis Semarang) dan FPBS. Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa Yogyakarta sebagai penulis termuda yang kemudian mengumpulkan karyanya menjadi antologi, yaitu “Nyanyian Kemerdekaan” (KPS, 1982) dan  “Pendapa Taman Siswa Sebuah Episode.”  Semasa kuliah  cerpennya dimuat di majalah Femina, Majalah Kumpulan Cerpen ANITA Cemerlang dan Buku Kumpulan cerpen CERIA. Pernah menulis drama radio serial yang diudarakan di Radio Reco Buntung Yogyakarta. Menjadi salah satu juara dalam lomba penulisan cerpen yang diadakan Taman Budaya Yogyakarta dengan Umar Kayam sebagai salah satu jurinya. Namun produktivitasnya menurun seiring waktu dan kesibukan kerja. Kemudian di tengah-tengah kejenuhan kerja, dia terpanggil untuk kembali menulis. Novelnya “Tembang Perawan” diterbitkan 2011 (Brilliant Books. Yogyakarta).  Bisa dihubungi lewat email : yuniwati67@gmail.com. FB: Yuni Retnowati. Alamat : Jatimulyo TR I/356 B Yogyakarta, No HP: 082135769843 dan 08175411067


TEMBANG  PURBA

Siapa melantunkan tembang purba itu ?
replika peradaban silam nan langka
meniupkan mantra para pertapa
demi terhapus segala bala

dia  yang  bermata bening
menatap lugu ke para tetua
dia tahu segala yang disembunyikan masa
dengarkan dia masih berdendang
gubahan pujangga masa lalu

“sang hyang widi penguasa buana
 jagalah  bumi  dari malapetaka.”

Bait puja-puji kala hamba meminta
bersama dupa wangi cendana
tak ada lagi kini dalam keyakinan kita

Menggali seni yang terkubur waktu
dilakukan  atas nurani sang guru
menebar nilai-nilai hidup pada suatu masa
meski tak akan abadi
tapi nilai-nilai yang dijaga tradisi
selalu menjadi penuntun langkah kita

Guru-guru  akan meneruskan tradisi
menjaga warisan leluhur dari generasi ke generasi
hingga generasi masa kini berdendang
bukan tembang usang yang tergerus waktu
melainkan untaian makna bernilai

Puisi-Puisi Yiyi Dian Dwi Putri

Saya Yiyi Dian Dwi Putri yang akrab dipanggil Yiyi. Anak bungsu dari dua bersaudara yang sekarang sedang mengenyam pendidikan kelas XI di SMA Negeri 1 Ponorogo. Lahir sekitar 16 tahun lalu pada tanggal 4 Januari 1997. Ya, di Ponorogo saya lahir, tumbuh, dan tinggal. Mengukir banyak kisah bersama tokoh lainnya. Sekarang saya dan keluarga bertempat tinggal di Jl. Parang Menang 34 Patihan Wetan, Ponorogo. Saya terlahir sebagai seorang gadis sederhana yang memiliki sepercik cahaya dalam sastra. Dapat dihubungi melalui e-mail : yiyidian@gmail.com atau melelui nomer Hp: 089664616506 Terimakasih.

SELARIK SENJA SUCI

Diantara raungan nafas waktu
Mata langit Srikandi putuskan merinai
Mendarah tercakar hari, beku tersekap gelap

Srikandiku mengais-ngais serpihan asa
Meronta pada apitan tembok nestapa
Biar dihujamnya waktu
Hapus hitam pada setiap rona senja pertiwi

Berdarah bukan mati
Peluh bukan lagi simpati
Srikandiku menyeruak belati
Demi bahagia yang mengaung gema pada selarik senja suci

Puisi-Puisi Mardhiyah Novita M.Z

MARDHIYAN NOVITA M.Z merupakan putri sulung kelahiran 20 November 1993. Gadis Minang asal Pariaman ini sedang belajar di program studi Sastra Indonesia FIB UGM, Yogyakarta. Tulisan Dhiyan sering dimuat di surat kabar dan majalah sejak ia masih berstatus siswi MTsN Model Pariaman. Selain itu, saat masih sekolah di MAN 1 Padang Panjang, Dhiyan juga pernah mendapat bimbingan menulis di Sanggar Sastra Rumah Puisi Taufiq Ismail. Dhiyan memiliki beberapa karya tunggal yang sudah dibukukan yaitu novel Penyair Merah Putih (2011), kumpulan puisi kembara sastranya sebulan di Malaysia berjudul Sajak dari Bumi Melayu (2012), dan novel Mahar Cinta Gandoriah (2013). Karya lainnya dapat dibaca di antologi bersama Seriosa Biru (2012), Kejora yang Setia Berpijar (2012), Inspirasi Gadjah Mada untuk Indonesia (2012), Menjaring Waktu (2013), Dan Aku pun Jadi Penulis (2013), dan Facebookisme (2013). Dhiyan dapat dihubungi via email dhiyan_alfa1ra@yahoo.com atau nomor 083181424048.


PEMBIDIK IMPIAN

Lihatlah ribuan bocah setiap tahun didaftarkan masuk sekolah
Lihat juga tahun sesudahnya ratus-ribuan bocah keluar tanpa ijazah
Lihat pula tahun-tahun berikutnya mereka dianggap sampah
Ah! Ah! Ah!
Bukan tolol bukan bodoh
Mereka yangdiajar tergopoh-gopoh
Gagal sekali, mendapat serapah penelan roh
Otak pun dikeroyoki materi
Tugas sekolah itu dan tugas rumah ini
Bergilir menagih setiap hari
Apa seni belajar hambar sudah di negeri ini?

Puisi-Puisi Siti Hodijah

Sebuah nama tertera di kartu tanda mahasiswa Universitas Indonesia. Siti Hodijah. Kode 09 di bagian awal menandakan mahasiswa ini berada di tingkat empat ketika tugas-tugas akhir terasa berat. Mahasiswa asal Bogor ini menempuh pendidikan Sastra Indonesia di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Di sebelah kartu ini terdapat sebuah tiket harian berjaminan sebagai penanda sekaligus pegangan selama pulang pergi dengan kereta rel listrik Bogor-Depok. Jika suatu waktu Anda menemukan, silakan hubungi 081381389828 atau hodijah.st@gmail.com. 


AJARI KAMI

Ibu, ajari kami
seni memasak makanan lezat bergizi
tapi tolong jangan ajari kami
makan yang cepat saji, asal jadi, dengan bahan buatan yang tak kami mengerti tak pernah ada di dapur, namun mengalir ke kerongkongan hingga perut kami
Ayah, ajari kami
seni bekerja giat sepanjang hari
tapi tolong jangan ajari kami
kerja yang buta hati, suka korupsi, peduli gaji demi alasan anak istri
Bapak-ibu guru, ajari kami
seni belajar tekun dengan sungguh hati
tapi tolong jangan ajari kami
mencuri jawaban teman sendiri demi lulus ujian nanti
kami tak ingin kenyang dengan sakit yang kemudian berdatangan
kami tak butuh mainan hasil suapan
kami tak ingin dinilai tinggi, tapi dihargai rendah sekali
sungguh ajari kami
seni kehidupan yang lebih berarti
sebelum dewasa memakan kami menjadi rantai manusia yang begini dan begitu lagi

Puisi-Puisi Eka Damayanti

EKA DAMAYANTI lahir di Kediri, Sabtu, 16 Februari, tinggal di Batam-Kepulauan  Riau, kini menempuh studi di Jogja. Anak bungsu dari lima bersaudara ini tercatat sebagai  mahasiswa di jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya UGM. Selain aktif sebagai writer, trainer, dan speaker, Dama juga bergiat sebagai pelatih sekaligus sutrada pementasan  puisi. Pengalamannya dalam berpuisi mengantarkannya beberapa kali menjuarai lomba cipta dan deklamasi puisi. e-mail ekadamayanti_16@yahoo.com & twitter @aksaradama, dan nomor handphone  085767451633.


IDEAL IS ME

(kala) Sumpah Pemuda
idealismenya tingkat dewa
(kala) Sumpah Jabatan
idealismenya tinggal sedepa
(kala) Sumpah-sumpahan
idealismenya ditinggal di mana?

Yogyakarta, 28 Oktober 2013

Puisi-Puisi DENI EKO SANTOSO

DENI EKO SANTOSO, dilahirkan di Bogor pada 5 September 1994. Merupakan putera pertama dari pasangan Budi Santoso dan Dina Permanasari. Mempunyai hobi traveling sejak kecil. AlumnusSDN Curug 3 Bogor, SMPN 4 Bogor dan SMAN 2 Bogor. Selama masa sekolah, berhasil meraih juara dalam berbagai lomba akamedik maupun non akademik, salah satunya adalah meraih juara III lomba KTI se-Jabodetabek Dies Natalis Universitas Trisakti tahun 2011. Melanjutkan Pendidikan tinggi ke kota Yogyakarta. Sekarang merupakan mahasiswa semester III Jurusan Teknik Fisika, Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Aktif berorganisasi di Badan Eksekutif Kemahasiswaan Jurusan. Bertanggung jawab atas subbidang Keadvokasian dan Media Informasi di organisasi tersebut. Bisa dihubungi lewat HP 0852-8059-5621 atau email antikroco@gmail.com.


SATU DUA TIGAEMPAT

Gelap

Gelap Malam
Gelap Temaram

Gelap malam mengalun
Gelap temaram menyendu
Gelap arak kumolonimbus

Malam ini gelap gelap
Malam gelap sendu tersingkap
Gelap gelap ini malam
sendu terbangun kemintang malam

Puisi-Puisi Nurafni Elka

Nama saya Nurafni  Elka, anak petama dari tiga bersaudara. Sekarang kuliah di STKIP  PGRI Padang smester VIII dan bekerja sebagai Dedaktur di surat kabar Wahana Media Koran Khusus Pendidikan. Bagi saya sastra adalah salah satu wadah untuk menyalurkan segala rasa. Karena itulah saya sering menulis baik puisi maupun yang lainya. Selain itu beberapa tulisan saya pernah terbit di salah satu media surat kabar di kota padang.


KEPUTUSAN DI SUARA LIAR

“Hei kawan
Pahlawan pendidikan adalah uang
Uang adalah pahlawan kawan
Uang bisa mendidik kawan
kini uang yang menbuat sejarah
Bukan pejuang kawan

Para pendidik,
Para pembela,
Para pemimpin,
Lidahnya kelu bicara kawan,
Di paku oleh api kekuasaan dan keserakahan

Setamulia pada uang kawan
Lalu
Matilah pada yang tak beruang!
Maka
Lahirlah pewaris-pewaris pendidik dosa uang kawan”

Demikianlah keputusan jatuh dalam suara-suara liar
Demilianlah kutemukan tipuan demi tipuan
Demikianlah kaki-kaki uang memporak-porandakan
__air mata sedu sedan kehidupan

Oh.
Tapi, hati peduli tak jua terbit

Wahai mata nan basah!!!
Berjuta suara padamu memanggil

Bangkitlah rakyat. Bangkitlah!!!
Dan katakan:
Pahlawan pendidikan bukanlah uang….!!!

Puisi-Puisi Suhaii

Nama ; suhaii, Tempat tagal lahir ;  kebayakan. takengon. 01.10.1991 Alamat ; kebayakan. Takengon,aceh tengah, Pekerjaan ; mahasiswa. Stain gajah putih Semester ; 7 (tujuh) No hp/ email. 082367228942. (rinenaja@yahoo.co.id )



RAJAH PENDIDIKAN

Tertulis tinta di kertas
Tesusun  hurup hurup  dan tulisan
Menjadi kata
Tak ada menjadi ada

Meracik resep resep
Mewarnai dunia
Merumus logika
Anatara otak dan hati
Menjadi mantra mantra
Di ruang sari ilmu

Dan ku jambi
Emmmmmm
Tii ke weyyy
Sang sang ooo
Sang sang ger’rr
Emmmmmm

Mata ku terpejam
Mengembara besama asap menyan
Bulan
Angka
Tugas
Bukan lah tumpuan
Musanah
Musnah
Menjadi debu
tersajikan dalam sesajen
 persembahan kurban petang

 kutabur kembang kebang
ku pangil sukma mu
iklas hati  menebarkan  keharuman
semerbak lah
menyabut mata di esok petang

ujung karang ; 2013

Puisi-Puisi Delvina Fitriani

Delvina Fitriani. Dilahirkan pada sebuah desa di Kab. Solok pada 3 April 1992. Dibesarkan dalam sebuah kelarga sederhana yang tidak memiliki pengetahuan tentang sastra.
Saat ini sedang berjuang menempuh pendidikan di sebuah sekolah tinggi kota padang. Tepatnya semester ke tujuh di STKIP PGRI Sumatera Barat. Semakin mencintai sastra setelah hampir setiap hari mencium bau dari karya sastra itu sendiri. Ya saya adalah mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. No. Hp : 087792674948/085266106640 Email: vhi.avhivha@gmail.com


LELUCON NEGERI KAYA

hujan perlahan menelusup dalam rangka tubuh
Menusuk mengirimkan rasa sakit tanpa ampun
Deru angin ikut menyerang
Membagi kuasa dengan deras hujan
Di ruang pengap tanpa udara
Mengambang dengan hitam legam
Kulit keriput
Tetesan hujan bersanding dengan dinginnya
Dunia
Merajam tanpa henti
Membasuh luka-luka dengan debu
Membawa darah berteguhkan nanah
Berbau tajam
Sisa-sisa pekat jalanan

Tubuh ringkih
Hanya kulit membalut tulang
Melucuti satu demi satu bingkai malu
Mambungkuk-bungkuk memunguti
Remah sisa manusia

Sungguh
Lelucon untuk negeri kaya
Yang nyata ia ada

(Padang, Juni 2013)

Selasa, 29 Oktober 2013

Bagi Peserta Karyanya Belum Dimuat Hubungi Panitia

Diberitahukan kepada seluruh peserta lomba cipta puisi nasional kuflet, bagi karyanya yang belum dimuat tolong hubungi panitia. Alasan belum diterbitkan di blog karya peserta adalah
1. Belum lengkap berkas puisi
2. Belum Mencantumkan tanda bukti regestrasi pembayaran/surat ketengan sudah membayar
3. Tidak mencantumkan foto dan identitas diri
4. Salah email pengiriman.
Demikian pengumuman ini kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih

cp
085272296756
kuflet@gmail.com
lcpnkuflet@gmail.com

Puisi-Puisi Hadi Syah Putra

Hadi Syah Putra adalah putra dari Ahiyar Cikmani dan Ida Priyatni yang lahir di Bogor pada 30 Agustus 1996. Laki-laki yang baru menginjak umur 17 tahun ini sering disapa Hadi oleh teman-temannya. Sekarang ia bertempat tinggal di Jalan Pangeran Antasari No. 43 RT 08 Karang Rejo Balikpapan dan bersekolah di Sampoerna Academy Bogor Campus yang berlokasi di Kinasih Resort Km. 17 Caringin, Bogor. Ia mengambil jurusan IPA dan kini ia sudah berada di bangku kelas 3. Ia memiliki beberapa hobbi, yaitu menyanyi, mendengarkan lagu, dan menonton televisi. Ia dapat dijangkau melalui email hadisyahputra30@live.com dan dihubungi dengan no. handphone 085247788158.


TENTANG BAHASA

Manusia tidak mengiakan
Kamu muncul begitu saja
Dari ketiadaan, umurnya sudah tua
Tiada yang tahu, Tuhan menyembunyikan kelahiran

Itu, kamu keterlaluan kompleks
Kamu makhluk halus?
Menyembul sekonyong-konyong sejalan evolusi
Umurmu identik dengan sains tersulit manusia jumpai

Teori tampak berlanggaran
“Ia ditakdirkan telah tersandi di gen.”
“Pendapat saya, interaksi sosial menggurui.”
“Tidak! Otak kanan membiarkan manusia purba bernyanyi.”

Isyarat dan gerakan
Berbagai suara alam
Binatang dan teriakan naluri manusia
Charles Darwin tidak dapat meragukan

Puisi-Puisi Jundi Amir Syuhada

Apa yang bisa ku-narasi-kan tentangku? Tak banyak, atau lebih tepatnya tak luar biasa. Aku lahir layaknya kebanyakan orang dilahirkan, bedanya, namaku ‘Jundi Amir Syuhada’. Tepat tanggal 14 bulan 9 tahun !996, bertempat di Semarang, tepatnya di rumah sakit persalinan. Aku tinggal di Kendal sampai lulus SD. Lalu hijrah ke Kuningan, Jawa Barat. Tapi masih punya darah Sumatera. Pujakesuma. Putra Jawa keturunan sumatera. TKIT, SDIT Robbani Kendal, aku angkatan pertama di sana. MTS, MA Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat. Angkatan 16, fosionz namanya. aku suka sekali berorganisasi, spesialisasiku adalah Jurnalistik dan Media, tertarik untuk menulis dan belajar eksak lebih dalam. Terlepas dari semua itu, aku sama saja seperti remaja lain. Labil, alay atau apapun itu bahasanya. Toh, bagiku itu justru proses menuju dewasa. Walaupun nggak aktif di sosmed, tapi tak apalah untukmu kuberi tahu. Twitter :@jundijass. FB: jundi a’es. Blog : ceritajas.blogspot.com. email : jundiamir45@gmail.com


MENUNGGU PULANG

Hari masih gelap, menunggu cahaya-Mu nan
Gemerlap
Syafi’I kecil mengayun langkah alisnya tertaut gundah
Tangan mungilnya berayun tanda bingung
Bibirnya merengut bisu buukan sendu lalu
Bertanya pada seorang tua bijaksana
(bukan) ulama, waaqi’ namanya
“guru, mengapa tahuku hilang enggan bersegera pulang?”
Ia tersenyum, lagi lihat langit dibumbung awan mendung
Syafi’I bingung, meniti pandang dalam gemuruh bergejolak
Penuh harap
“tahumu mengadu pada-Nya, sangsikan engkau lupa
Oleh dunia. Tentu ia enggan disbanding salah dan dosa”
Alis terangkat, caba ingat hari sebelum pekat
DOSA?
Oh, ya!
“tadi ada akhwat dengan betis tersingkap”
Nyengir lebar
Dan langit masih tak benderang
Menunggu cahaya-Mu pulang ke peraduan


PROSES

Belajar, sama-tak sama dengan berjalan
Ada medan dengan seperangkat topografinya
Hambatan dengan istiqomah bergganti merata
Dan tujuan, dengan segala iming bertabur dusta
Jikalau nilai adalah terpenting dalam
Cerita
Maka apalah arti proses sepanjang masa?
Usaha sampai ujung dunia?
Kucuran keringat dan air mata?
Jadi sampah kenangan dalam memoir kata

Ini tak sebatas coretan satu-nol-nol dalam
Kertas ulangan
Bukan pula tentang serentet prestasi diakui ahli
Apalagi sekedar penglaris nama, penderas laba
Aku tak berujar  : “proseslah segalanya”
Tapi…
Untuk mengerti mata rantai ekosistem
Menganalisa laju reaksi endoterm
Atau hanya mengira-ngira sepotong peluang
Dari diagram venn
“segalanya perlu proses”
Bak observasi sebelum teori
Dan kata dalam sebuah cerita


PENGGADAI NURANI

Umat baginda di atas meja dakwa, curang menghukum
Umat baginda di balut seragam berpangkat, culas menindas
Umat baginda dipintal kerah berdasi, mengacung busuk merutuk
Umat baginda dengan sederet nama, meracuni harkat suci
Umat baginda di balik topeng maya, mencuri tak berhenti
Umat baginda penjaja kue tua, mengeruk suka dari nestapa
Umat baginda putih-merah namanya, tanya jawaban saat
Ulangan
Umat baginda putih-abu namanya, disuling tugas jadi
Emas
Umat baginda putih-abu namanya, menyulap moralitas jadi
Solidaritas
Umat baginda menuhan dunia bohongi nurani
Racuni fitrah suci
‘siapa dia sang penipu, bukanlah jua umatku’
Baginda di sana, daku mengadu dalam pilu
Menahan perih hati teriris habis
Menatap bisu umatmu penggadai ilmu
Dengan sebongkah batu
Membeli masa depan dengan
Curang bertabur kebohongan


TUJUH

Tujuh pagi tepat mentari awali hari
Mengiring langkah kai
Susuri jalan sepi
Hati terenyuh tangkap seringai
Bocah-bocah penghuni pantai
Mencelup teratai
Kamu-kamu tanpa peluh masih berkeluh
Menatap dunia dari satu sisi tak nyata

Tujuh malam saat surya beranjak hilang
Menyibak senyum dalam temaram
Belajar baca Al-qur’an
Hati beriak pelan merekah
Mengeja takdir bocah-bocah
Pengejar nafkah
Kamu-kamu dengan lalai tanpa selang
Kapan hendak pulang?


INKUBATOR

Kata siapa?
Orang handal dengan
Ide besar lahir dari
Sekolah megah berfasilitas
Mewah, tapi…
Penuh dengan guru-guru
Serakah, dijejali kawan-kawan
Bedebah serta proses
Belajar instan hampir tanpa
Jalan
Siapa percaya?
Sekolah biasa tanpa akreditasi
“A”
Berfasilitas serba tak ada dilindungi
Bangunan sederhana kadang rapuh
Dimakan usia, tapi ditempati
Guru-guru berdedikasi tinggi serta teman
Penuh mimpi tulus berbagi serta paham betul arti
Proses sepanjang masa, sepenuh usia
Mengkader orang-orang gemilang
Menetaskan ide-ide cemerlang


Puisi-Puisi Zulfikar

“Zulfi” itulah nama yang biasa dipanggil oleh warga Asrama Mahasiswa Islam Sunan Giri kepada remaja yang bernama lengkap Zulfikar. Lahir di Tangerang pada tanggal 4 April 1993, tepatnya di Kp. Buaran Jati RT.03/02 Ds. Buaran Jati Kec. Sukadiri. Penulis merupakan orang yang senang mengikuti berbagai macam organisaisi baik yang berada di dalam maupun luar sekolah atau kampus. Adapun organisasi yang pernah ia ikuti ialah Pramuka SMPN 1 Mauk, PMR SMAN 2 Kab. Tangerang, Remaja Masjid Al-Mujahidin, Unitas Matematika UNINDRA, dan HMI UNINDRA.



SERDADU PERUBAHAN

Negeri berkembang
Berasa berubah maju
Membangunun ‘tuk itu
Sang penguasa berseru
Namun kapan akan terjadi

Retorika hanya retorika
Tak berimbas apa-apa

Ekonomi terpupuk
Namun hutang menumpuk
Sikap otoriter
Membuat rakyat geram

Serdadu perubahan datang
Menuntut akan rezim orba
Demonstrasi solusinya
Penguasa tuli hatinya
Karya : Zulfikar
Serdadu mendesak
Melengserkan penguasa
Anarkis tak terbendung
Sang pengaman kelabakan
Membedil sampai menutup mata

Rakyat kembali geram
Membakar swalayan kota
Akan luapan kecewa
Keadaan kota yang mencekam
Menyedihkan ibu pertiwi

Sang penguasa panik
Menyerahakan kekuasaan
Suasana terbalik
Tetapi menciptakan luka
Yang tak terhapuskan

Puisi-Puisi Vironika Sri W

Lahir di Ngawi, 5 Oktober 1969. Saat ini mengajar di SMA Maria Mediatrix Tangerang. Hobi membaca, menulis, dan bertanam. Pemberi nama Majalah Lentera  Paroki Santa Maria Fatima Sragen. "Detak Jam Weker" karya puisi pertama tampil di mading SMA 1 Sragen tahun 1986. Cerpen Jalan Simpang meraih Juara I lomba menulis cerpen yang diselenggarakan tabloid SUKA di Surabaya tahun 1992. Cerpen berbahasa Jawa (Cerkak) Mapag Ampak-ampak masuk nominasi 6 besar lomba mangarang cerkak yang diselenggarakan majalah Praba Yogyakarta tahun 1993. Karya puisi Kanibal masuk nominasi 50 besar puisi terbaik nasional 2011 yang diselenggarakan Bentara Budaya Bali. Puisi Nostalgia Siti Nurbaya masuk 75 besar puisi pilihan terbaik nasional yang diselenggarakan    Ikatan Alumni Don Bosco  (IADB) Padang tahun 2011 dan dibukukan dalam Antologi Puisi bersama Epitaf Arau oleh Penerbit Senikata Padang 2012. 

Sampai sekarang masih aktif menulis cerpen dan puisi. Karya cerpen yang telah dimuat antara lain Saat Daun Berbisik (2010) dan Pesan Malaikat (2011) dimuat di Majalah Voluntas Gereja St. Gregorius Tangerang. Cerpen Binar Matahari baru saja selesai ditulis. Puisi: Dalang Desa, Bumi Retak, Catatan Harian Pemulung Cilik, Yang Terlupakan, Pohon Asam di Alun-alun Kota, Epitaf Kepik, Negeri Topeng, Obsesi Bocah Miskin di Kota Besar, Elegi Kunang-Kunang, dan Sang Penanda diikutkan dalam kompetisi yang diselenggarakan Komunitas Radja Ketjil. Cerpen Binar Matahari dimuat di Majalah Voluntas tahun 2012. 

Puisi Semarang dalam Jejak Meillie Ling Ling mendapat Juara II Lomba Cipta Puisi Bahasa Indonesia dan Jawa di Semarang. Puisi Bahasa Jawa yang sudah ditulis yaitu Kutha Sala Sawijining Dina. Puisi Tentang Bocah  yang Duduk Termangu dimuat di Majalah KISS MM Edisi Desember 2012. Puisi Jejak Kunang-Kunang di Simpang Pakisan mendapat pemenang harapan dalam lomba cipta puisi Rumah Kata Medan 2013. Hp: 085697823098, e-mail: veronika_eswhe@yahoo.com atau veronikaeswhe@gmail.com.

PESAN HAYUNINGRAT

Seni adalah sosok adaptif
Lembut, hangat, menyejukkan
Seperti oksigen  mendekap jiwa tanpa dipinta
Tak pernah lekang meski engkau berteriak sejuta ingkar
Biasnya terbidik, manakala kita nikmati lentik jemari gadis desa
yang membuai malam panas berbalut canting di hamparan batik sutera
Pernahkah engkau nikmati mata gadis penari Bali yang bulat berbinar
berpadu gamelan?
Keindahan yang tak terkatakan
Karena ia tak pernah menuntut untuk didongengkan
Ia adalah pesan damai dari semesta
Kehalusannya sanggup meredam roh-roh egois keras kepala
Ia tak hanya sekadar titipan Batara Guru untuk Ganesa
Namun ia adalah pesan hayuningrat, pesan damai dari Sang Maha Bijak
untuk ciptaanNya
Hadirnya bak jembatan emas yang boleh dilewati siapa saja
Tempat segala jiwa bertegur sapa tanpa curiga
Tak ada kesedihan, meski  hanya sepenggal
Hati mereka berkilau toleransi
Tiada tempat keculasan bersarang dan beranak pinak
Tiada istilah yang kuat itulah yang berjaya
Karena ia memang lahir bagai bayi
atau  bocah dengan nurani putih salju
Seni adalah kehalusan budi yang tak terbelenggu provokasi
Ia selalu ada sebagai pembawa pesan hayuningrat…pesan damai dari semesta

Tangerang, 27 Juli 2013


JATHILAN

Sayup gamelan menyeruak sepi
Membangunkan desa asri usai panen padi
Penari jathilan bertopeng, menggamit kuda lumping
Bergerak selaras irama gamelan
Kolaborasi  gerak memikat di tengah atmosfer yang masih menyisakan wangi
Berlaksa pesan terpaut erat dalam tari jathilan
Kesederhanaan, ketulusan, toleransi teraduk lekat
Menjiwai raga penghuni dusun di kaki gunung
Jathilan menggenggam bertumpuk inspirasi
Bahwa hidup selayaknya ditempa
Hidup adalah lorong berkelok mirip labirin
yang selalu menyimpan tanya di mana bagian terang dan kelamnya
Hidup adalah serpihan luka menganga
yang semestinya dipoles dengan nilai- nilai kearifan
Jathilan bukanlah tari yang layak untuk dikucilkan
Sebab ia bak malaikat yang fasih mendidik dan mengajar
Karena didikan  membuat hidup lebih bermakna
Nurani semestinya menukik, merendah, menyapa
Menggapai siapa saja
Jathilan adalah selembar fragmen
bahwa hidup ada yang memiliki
Tiada satupun makhluk kekal abadi

Tangerang, Juli 2013 


SEPENGGAL LAKON 

Dusun sunyi bermandi kilau candra
Tikar mendong menjuntai ramah
Panggung kethoprak berselimut tirai bagai magnet
Antusias penghuni dusun menjulang
Melampaui pucuk- pucuk nyiur yang berjajar di pematang ladang
Malam redup berpayung awan
Seolah tanpa surut melahap lakon Petruk jadi Ratu
Tak satupun episode beringsut
Petruk sang lakon tampil jujur, sederhana
Mengoyak tahta raja lalim, bengis, dan angkara
Petruk sang lakon sanggup menembus batas kasta
Yang mungkin hanya berjarak  sebatas bumi dan nirwana
Petruk jadi Ratu adalah sepenggal kisah
Bahwa hidup adalah tungku didikan, kolam pembelajaran
Segala ciptaan adalah titah tertulis
Siapa selayaknya menjadi siapa, bukan siapa ingin menjadi siapa
Guru selayaknya mengajar dan mendidik dengan jiwa
Pelayan selayaknya mengabdi pada tuannya dengan setia
Seniman selayaknya berkreasi tanpa henti
Pemerintah  mengayomi rakyat dengan tulus
Apa gerangan yang terjadi?
Andai merpati ingkar janji
Apakah ia masih layak sebagai merpati?
Anomali menyelinap bagai pencuri tanpa kompromi
Tungku didikan harus tetap dinyalakan
Kolam pembelajaran harus tetap disegarkan
Bara dan  riaknya harus membiaskan kebijakan
Sampai  penanda waktu kehidupan tak sanggup lagi merayap.

Tangerang,  Agustus 2013 


TENTANG PADANG PANJANG

Gemuruh riuh roda kereta menggilas rel-rel sepanjang arah Bukit Barisan
Pagi menghunjam jendela kereta, saat kubuka kedua mata
Tebing hijau berselimut pepohonan kopi sanggup mengantar sejuta nostalgia
ke masa silam
Masa saat aku  berkelana di Padang Panjang
Tak bosan kulihat gadis- gadis ayu menari Piriang Itiak Patah
Kendang dan jimbe bersautan saling menyaut
Sementara jejaka-jejaka desa memainkan rebab pesisir , memesona
Manusia menyemut menambah situasi makin terimajinasi
Penjual kalio daging, gulai itiak, dan teh telua menebar senyum
menjajakan dagangannya
Mereka selalu tersenyum meski hanya bocah- bocah yang datang
dengan uang recehan, sekadar  membeli karapuak sanjai atau karak kaliang
Bagi mereka menikmati alunan rebab pesisir lebih bermakna
daripada sekadar mengeja tumpukan laba dagangan
Geliat musik rebab pesisir mampu membilas nurani yang berabad tak tercuci
Rebab pesisir sanggup bercerita bahwa manusia di dunia
menggendong setiap takdir perannya
Apakah ia sebagai manusia digdaya ?
Atau ia tercipta sebagai makhluk berilmu ?
Mungkinkah ia sebagai manusia pengayom ?
Ataukah seorang yang bergelimang harta dan kuasa ?
Atau cukup sebagai rakyat jelata?
Semuanya tak mungkin dapat dipilah satu sama lain
Layaknya  kolaborasi  aneka warna bianglala
Irama rebab pesisir memberi alarm bahwa setiap manusia dengan kodratnya
harus sejalan seiring
Agar bumi tak kehilangan kilau biru, putih, dan hijaunya
Agar celoteh bocah sekolah tak kehilangan maknanya
Karena mereka adalah masa depan kita.

Tangerang,  Agustus 2013


PESAN DARI DINDING KOTA

Berjuta pesan  tertoreh  di wajah dinding kota
Kadang berupa titik, koma, hingga tanda baca tak bermakna
Atau bahkan kata, kalimat, alinea yang tak jelas maksudnya
Pesan kadang berevolusi sebagai gambar atau sketsa
Yang bermakna lebih tajam daripada sekadar kata
Berjuta pesan terpahat setiap petang
Dan akan terbaca saat bias matahari mengguyur wajah dinding kota
Pernah pesan berupa resep kue tradisional masyarakat desa
yang semestinya diwariskan orangtua pada anaknya
karena sampai detik ini tak terhitung berapa banyak manusia kota
kehilangan identitas lokal yang seharusnya dijaga sebagai warga dunia
Pesan itu datang dari dinding kota
yang bereinkarnasi sebagai mural atau grafiti
Keduanya bersaudara, yang selama ini dicari penguasa- penguasa kota
Keduanya beraroma seni tinggi namun sosoknya begitu dihindari
Ditakuti penjahat- penjahat berdasi yang lapar korupsi
Ditakuti para pengaku pemerhati martabat bangsa ini
namun sesungguhnya mereka adalah pemungut upeti ulung
Pesan dari dinding kota seperti auman harimau
Gaungnya memerahkan daun telinga pengelola- pengelola gedung sekolah
yang karyanya begitu mudah roboh saat angin bertiup semilir
Karena mereka telah bermutasi
Makanan mereka tidak lagi nasi atau roti
Namun mulutnya sanggup mengunyah kawat-kawat besi
Populasinya seperti virus yang mengancam  keceriaan  bocah sekolah di negeri ini
Pesan dari dinding kota seperti pesan malaikat
Walau mereka dimusnahkan setiap saat
Mereka tak pernah lelah menyiratkan berjuta nasihat
Seperti Tuhan yang memoles luka ciptaanNya
Untuk keadilan, kejujuran, dan kesejahteraan makhluk bumi

Agustus,   2013


Puisi-Puisi Sri Wahyuni

Sri wahyuni. Mahasisiwa dari jurusan b. Inggris, lahir  8 july 1994, saya menulis segala sesuatu dengan akiran Flower x, hp: 085375733723      fb/twitter:   july_yuni@yahoo.com. Sekarang tinggal di bukittinggi.


TITIK TITIK UNTUK SENI

Lambai ian tangan sang seni guguh terpaut  kata –kata surga
Di kala sang rimba telah sampai di puncak metamorposa
Kita bersembunyi di balik sampah- sampah berbunyi
Lurus itupun kadang munafik : telah tenggelam cipta di ujung matahari
Lihat sekitar, dan tunjuk manusia bergaya loreng
Di atas gerakan itu ada senandung turun  masuk mimbar

Keluhan lereng –lereng otot mereka di gambarkan secara lirih untuk masa silam di angka ganjil: angin ini di bentangkan di seluruh negri  berjarak setapak
Pacar – pacar mertua di sepoi langkah sang dalang
Kembali sang seni dari kesederhanaan
Membaca wajah terbalik bersama cerita klasik tempo sekarang
Anggrek ini hanya sekedar menimba ilmu dari reruntuhan pulau seberang
Jarang- jarang tanaman anggrek subur dipekarangan dan terbakar hangus untuk peran –peran pengganti.
Citra ganjil muncul bersama titik panggilan sebesar daun selasih
bersama umat di untaian garis belakang
Menjemput koma yang berhenti di kata terbelakang
Memberi seru di depan ini hanya ‘’titik-titik untuk  seni’’
Komen kalimat sajak di retaknya keramik seni
Dan titik akan menulis, sebelum kata berharga
Untuk layangan kerang di awal musim semi

Puisi-Puisi Silvia Ningsih

Nama lengkap aku  Silvia Ningsih, Aku lebih akrab dipanggil chunenk,,,oupss itu ada sejarah nya karena berasal dari pariaman tulen yang notaben nya kalau cewek piaman dipanggil dengan cik uniang…aku lahir di Pariaman tepatnya di Desa Naras 1 tempat akau berdomisili sekarang. Tanggal lahir aku 22 September 1990. Dan alamat lengkap ku di Jl. Siti Manggopoh Desa Naras 1 Kec. Pariaman Utara Kota Pariaman. E-mail : Chiencu_chunenk@yahoo.com dan No Hp : 085272907406.


NYANYIAN BUS KOTA

Bisingan deru jalanan memekakkan telinga
Menghamburkan debu tertiup udara
Bangkit dini hari mengejar sang fajar
Terkupasnya senyum pagi sisa impian semalam
Yang cepat berganti tertindih oleh kesibukkan
Bolak balik beribu kendaraan
Melaju penuh debu yang akrab
Embun pagi berganti aroma pekat solar yang menyengat
Bergerak bersama tangan-tangan yang memegang
Peranan yang penuh pergulatan demi perjuangan kehidupan
Biarkan desauan angin tetap berhembus
Menelusuri tiap jalanan
Hingga berhenti pada tempat yang dijajaki
Menggapai pintu-pintu penuh karat dan bau besi tua
Berebut satu sama lain demi pegangan yang didapati
Petikkan dawai senar gitar pemberian teman lama
Berdenting di seantero bus kota yang melaju pesat
Bersaing dengan bunyi mesin tua
Mensamarkan suara nyanyian
Terus melesat membelah jalanan
Menggebulkan asap kendaraan

Puisi-Puisi Rusydi Nuruddin

Rusydi Nuruddin, biasa dipanggil Rusdi.nama pena saya Akhsanul Mukmini. Saya berasal dari Sidoarjo,lahir 5 Juli 1992. Saya adalah Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura prodi Psikologi. Alamat email saya : Shbt.rusdi@gmail.com , fb : Rusydi N dan twitter : @akh5an-rusdi, dan blog :Rusydinuruddin.blogspot.com,ini No hp saya : 089679013214. Mungkin Cuma ini sekian dulu ya...


NYANYIAN SANG PERI

Bagai nyanyian lagu
Begitu syahdu dan menderu
Tak terasa sudah satu jam berlalu
Dan air mataku
Keluar satu – persatu
Mendenger suara ibu itu
Hatiku gemetar Menusuk kalbu
Sudah bertahun – tahun berlalu
Dan aku baru tau
Betapa hebatnya temanku itu
Dia begitu tegar bagaikan batu
Tak gemeter sedikit pun menghadapi ujian itu
Dia hidup hanya dengan seorang ibu
Dan aku pun tak tau
Dalam gelapnya sang rembulan
Ia datang memelukku
Dan berkata
Ibu..

Puisi-Puisi Rizky Endah Ekawari

Nama saya adalah Rizky Endah Ekawari, biasa dipanggil dengan nama Rizky. Saya lahir di kota Pemalang, pada tanggal 29 Januari 1989. Saat ini saya bekerja sebagai Junior Supervisor, di Saksama Trading Co., Jakarta. Untuk berkomunikasi, dapat menghubungi saya melalui email, dengan alamat email luv_3ap@yahoo.co.id, atau dapat juga menghubungi saya di 081803961377.


APA KABAR, DUNIAKU?

Menulis puisi pertama
merangkai makna kata
di awal Juni
di tahun 2013 ini
sejak terakhir kalinya...2009!

Itulah pertanda aku telah pulang ke duniaku...

Apa kabar?
Apa kabar, duniaku?
Apa kau masih bersedia menyambutku?
Menyambut penuh suka cita
penghuni yang telah lama mengabaikanmu?

Aku terlalu lama mengabaikanmu.

Puisi-Puisi Regin Avivah

Nama lengkap saya adalah Regin Avivah. Disekolah, dirumah dan dilingkungan masyarakat saya biasa dipanggil Regin. Lahir di Batusangkar, tanggal 8 desember 1996. Saya merupakan anak bungsu dari 3 bersaudaraSaya Sekarang saya bersekolah di SMAN 1 Sumatera Barat. Saya merupakan alumni SMPN 5 Batusangkar. memiliki hobby menulis dan menonton siaran televisi yang berbau penjelajahan. Saya punya nama pena gin ESWE. No telp (081267985840) e-mail: r2n.afifarg@yahoo.co.id. T: @ReginSW, F: Regin S W Afifa


UNTUK WARISAN KHATULISTIWA

Relungan bambu tertiup merdu
Langkah tarian serempak indah
Aku nak mencoba
Tiupan nafas merdu dari suling bambu
Wahai para murid penuntut ilmu
Alunan itu begitu syahdu
Suara  nyanyian itu begitu lembut
Selembut goresan kuas di kanvas
Wahai para murid pencakar langit
Seni kita ini bukan sembarangan
Bukan sekedar alunan
Tapi sebuah mahakarya
Dari sang nenek moyang dulu kala
Jangan malu dengan itu
Jangan gundah karenanya
Sebuah kebanggan bagi kita pewaris muda
Lestarikan bersama relungan itu, tarikan nafas itu
Untuk warisan khatulistiwa

Padang panjang,19 oktober 2013

Puisi-Puisi Irwan Apriansyah

Irwan Apriansyah, lahir di Lebak, 17 April 1989. Saat ini tengah merampungkan studi di Bahasa dan Sastra Indonesia FBS-UNY angkatan 2010. Menulis puisi, cerpen, resensi, dan esai. Beberapa karyanya termaktub dalam beberapa antologi bersama Ia Terbangun di Tahun yang belum Tercatat Kalender (Kendi Aksara: 2011), Puisi Empat Generasi, tribute to Dr. Boen S Oemarjati (Yumi Pustaka: 2012) dan lain sebagainya. Selain itu beberapa karyanya termuat di beberapa media massa dan cyber. 


PENYERAHAN DIRI

Akan kuserahkan belantara kesepianku padamu
Dan nyawaku, akan kusandingkan dengan nyawamu
Reguklah tiap tetes bulir embun dari ujung daun hidupku

Pada momen penyerahan ini, percakapan berakhir
Masa silamku biar kuarangkan dalam gemeretak api

Mataku jatuh pada sepasang kakimu.
 “Jadikan aku seorang budak, atau sebuah bidak
yang kau kehendaki.”

Kau memandangku dengan mata diam,
lalu senyum pualam. Jemarimu mekar, seperti kelopak sekar

Telah kau runtuhkan dinding-dinding penderitaanku
Juga kastil-kastil sunyi pada puncak bukit
Tempatku mendengar nyanyian gagak melayari angin

“kukira lidah maut akan menjilat nyawaku dalam kesendirian.
tapi kau bebaskan aku dari terali sepi ini, putri.”

Rambutmu beriak dalam desau angin,
tubuhmu memunggungi merah senja yang berjatuhan dari langit.
Ulurkan tanganmu perempuan ungu, genggam sebongkah nyawaku.

Yogyakarta, Agustus 2013

Puisi-Puisi Hayatun Nufus

Hayatun Nufus, Lahir di Aceh 1984. Menulis puisi sejak SMP memenangi lomba tulis puisi beberapa kali, karya tulis dan lomba cerita pendek mahasiswa. Pernah menjabat Redaktur majalah Scanners majalah mahasiswa ilmu keperawatan Unsyiah. Memiliki beberapa buku Antologi Puisi, dan Antologi cerita pendek bersama teman-teman penulis. Terus menulis di nufus-suryadi.blogspot.com Anggota Forum Lingkar Pena Jakarta angkatan 16. Saat ini menetap sementara di Antananarivo-Madagascar. Dapat dihubungi melalui email h.nufus@yahoo.co.id atau  telepon : 033 0530 641


BEREBUT JATAH

Dari atas panggung ketika itu ada pesan tak terkata
namun tergerak mencari celah masuk dalam pikir dan zikir
Manusia patung terperankan sempurna
Dalam lakon zaman yang tersaji serupa nyata
Aku disitu diantara baris, duduk menerka
Lihat! manusia patung yang awalnya mematung mulai bergerak
Tak satu namun berpuluh
Serentak menuju kursi-kursi yang tersokong tinggi
Berebut, saling bergelut
Aku disitu diantara berpasang mata menonton
Serupa semesta di luar sana yang menonton segala lakon kita
Banyak kursi dengan ragam profesi diperebutkan
Banyak nomor berputar menanti jatah
Ketika mencari sekolah, mencari kampus hingga mencari kerja
Manusia patung melakonkan kita yang terus berebut.

Antananarivo, Mei 2013 

Puisi-Puisi Hastira Soekardi

Hastira Soekardi lahir di kota Bandung, 21-21963. Sekarang tinggal di kota Cirebon di jalan perjuangan Blok  C-3 Kompleks PDK.Sehari-hari berkutat sebagai pengajar . Menulis adalah kegiatan yang memberikan kesenangan pribadi yang tercurah dalam blog pribadi yaitu di www.mamahtira.blogspot.com dan www.puisitira.blogspot.com  Anak-anak yang selalu menjadi penyemangat dalam menulis. Penulis juga peduli dengan lingkungan hidup , sering mengadakan penyuluhan lingkungan hidup, suka membuat kerajinan tangan daur ulang dan menulis dengan tema lingkungan hidup untuk mengajak masarakat untuk peduli dengan lingkungan. Email:Hastira@gmail.com dan nomer telepon 085864519503



JUJUR ITU INDAH KOK

Kumasih ingat ketika aku harus tetap duduk di tempatku
ada orang lain yang berdiri di podium
dengan piala tanda nilai UAN tertinggi
kau tahu
dia curang dengan segala cara agar bisa lulus
tapi mengapa harus dia ...dia tak pantas untuk itu...
masih banyak pertanyaan dalam hati ini, terus menggugat relung hati
susah payah aku ...tapi mengapa harus dia?????

Tapi untuk apa keluh kesahku, tak akan ada jawaban
yang bisa menghibur hatiku ..lara terus mengoyak keadilan
langkahku tak kan terhenti, ku tetap akan berjalan di jalan kejujuran
walau.....sudah usang bagi sebagian orang
Ku pergi ke dunia sekolah yang tahu bahwa kejujuran masih ada
Tapi...
Aku dihina, dicaci, hanya karena aku sekolah bukan di negri
Tapi aku tak mau dengar itu....

Tahun demi tahun ....
Kulalui dengan kejujuran yang ada di hati ini
Kususuri dunia ilmu yang selalu penuh dengan jawaban ....
Tanpa ada sesal....
Kuacuhkan sindiran dan cercaan bahkan dari guruku dulu
Kupegang teguh nurani....
Susah payah kuayuh asa ini dengan semangat belajar yang tiada henti

Puisi-Puisi Fatmawaty

Nama lengkap: FATMAWATY. Sering juga disapa Fate. Tempat dan tanggal lahir: Kalompie, 13 September  1993. Jenis kelamim: perempuan. Nama ibu kandung: Muna. K. Nama ayah kandung: Beddu Hajar. Anak ke-5 dari 5 bersaudara.  Alamat: Awerange, Desa Batupute, Jl. Poros Makassar-Parepare, Kecamatan Soppeng Riaja, Kab. Barru Sulawesi Selatan, Kode Pos 90752. No. HP: 085399400581. Email: fatma_nakvirgo@yahoo.com


IBUKU, PAHLAWAN HIDUPKU

Ibu . . .
Dua peran kau jalani, Ibu sekaligus Bapak bagiku.
Tetes demi tetes  keringatmu, Kau peras tanpa lelah.
Membanting tulang kesana kemari,
Demi untuk aku bersekolah . . .
Hidup lebih mengenal arti.

Ibu, Dua peran kau jalani,
Segala usaha kau lakukan untukku,
Demi anakmu meraih pendidikan  . . .
Meski segala harta ikut terkuraas.

Ibu, terima kasih kuhaturkan.
Kau adalah lentera disepanjang hidupku.

Ibu, Dua peran kau jalani,
Kau bagaikan intan permata disanubariku.
Bila hari itu tiba , kan kubuat hidupmu tersenyum bahagia

Puisi-PuisiDewi Resti Permatasari

Dewi Resti Permatasari, atau nama panggilannya ‘Resti’, dilahirkan di sebuah Pekon Waluyojati Kec. Pringsewu, Lampung, pada tanggal 28 Oktober 1992. Seseorang yang mengaku tidak memiliki potensi ini hanya berharap untuk menjadi seorang penulis. Saat ini ia sedang menempuh semester 7-nya di Perguruan Tinggi Swasta, jurusan pendidikan. Alamat : Jl. Sawit RT.02 RW.02, Waluyojati, kec. Pringsewu, Lampung. No. Hp : 089631247794 E-mail : narorezzty@yahoo.com


AKULAH MILIKMU

Dengarlah lantunan merduku
Lihatlah indahnya gerakku
Rasakan warna kedamaianku
Kini meredup hampir musnah
Kini meredup hampir hilang sudah

Tak bisakah kau menolehku?

Katanya aku tidak menawan
Katanya aku sangat usang
Katanya aku memalukan
Katanya aku ketinggalan zaman

Tak bisakah kau menyapaku?

Ketika pendatang itu muncul melahap segala
Ketika pendatang itu semakin menyamarkan semua
Ketika itulah aku terperangkap dalam gelembung yang tersisihkan ini
Ketika itulah aku terbelenggu dibatasi dinding-dinding yang kau buat ini

Puisi-Puisi Devi Kartika Rahayu

Namaku lengkapku Devi Kartika Rahayu.  Sering dipanggil Tika/Devi. Foto di atas saya memakai jilbab kuning dan sebelahnya adalah kakak tercinta.. Dilahirkan di kota bersih dan beriman yaitu Jombang 21 April 1997. Dibesarkan saat kini di kota soto dan santri Lamongan Jawa Timur. Alamat tinggal Ds. Kuluran RT 03/ RW 01 kode pos:62255 kec. Kalitengah kab. Lamongan prov. Jawa timur. Sekarang saya bersekolah di MA Negeri Lamongan. Kegiatan seniku hanya di ekstrakulkuler sekolahi, yaitu teather GANAS yang sering keliling kota. No HP 085777762082. E-mail: dan devikartika8@gmail.com . Blog lentera-kartika.blogspot.com. twitter @kartikaVie dan facebook: kartika lantern. Hidup itu penuh perjuangan tiada perjuangan itu bukan hidup. Semoga kita makhluk Allah yang diciptakan untuk hidup di jalan yang lurus. Dengan mendapat kemudahan dalam berjuang baik dunia maupun akhirat.


NOHTAH ABU-ABU

Seruan pena
Erangan Lembut
Nirwana bertanya, Inikah galau kabut
Udara rindu mentari gemulai lentera raya
Memasukkan cahaya misteri kekal dalam bingkai
Lubang kanan menembus kiri
Nirwana menjawab, Inikah perpindahan bumi
Kicau semu arsitektur dari manis gemulai
Lingkar kaki sang penari
Lunglai menuju nohtah
Melipat abu ganas
Ilmu kalam sejarawan
Bertahta  di dalam mangkuk dunia
Merah,biru dan abu-abu
Menggema tanpa kalbu
Berbisik rimba sepi
Merajalela tiada henti
Keseruan menggapai misteri


MATA SENJA

Gejolak etika terkesima
Pada sinar baja etnik
Menggema dipelosok rahwana
Mengukir aliran bambu
Mengepung hutan sagu
Mendayung rintihan dibalik tabir
Surya cendana berkelok-kelok
Jemari dalam balutan sutra
Dengan kolosal
Mengakhiri suara rahwana
Kembali dalam surga
Membawa pelukan jiwa
Tenggelam kelam
Gubuk rahwana
Meninggalkan apungan karya
Jejak-jejak kesegaran
Tersampaikan pada isi rahawana


ASPIRASI ASPAL

Mentari membuka lubuk mata
Cahaya terik merakit
Meluruskan bola-bola senar
Memetik kuat sela-sela jemari
Lunglai menahan gradasi semu
Luapan tinta kelabu
Merona di pipi dan dahi
Menyelimuti dunia metropolitan
Mendesah pita  jago merah
Memadamkan kobaran gending jawa
Lemah lembut dan fasih
Tiap sudut lorong merah
Tiap gubuk kaki merah
Mega turun perlahan
Menuju lubuk kayu
Merajut nona-nona kecil
Dengan dendangan rongsok dan batuan ringsek
Namun keringat salju nona kecil
Tonggak keabadian dari bumi turun ke langit


KILAU ESTETIKA

Lembayung warna
Mengalir dalam rongga putih
Suci penuh cinta kasih
Melambai dari titik lembah
Datar berkilau bersama dewa malam
Sunyi yang terus mengalun malam
Sayup sampai padang savana
Menggelar pasar kriya
Menggema kemolekan
Tanpa henti aku pancarkan
Sendadu tombak dan segala kerikil baja
Memukul pilu noda dewa dan dewi
Memikul lentera pancaran lestari
Budaya mungil sampai manula
Selalu bertahan hingga galaksi kesenduan
Menggetarkan semua  pandangan
Terpesona dan kecanduan
Membangunkan dan penuh kobaran
Yang membanggakan ke penjuru semesta
Pancaran kemolekan yang lestari


MENUJU PENUAIAN

Taman budidaya manusia
Tertatih budaya remaja
Tiada haus tawa
Gurau titilasi rongga-rongga
Bentangan musik buntut
Penuh makna tiada mengerti
Perumpamaan sesungguhnya arti
Cita-cita memori lama
Cita-cita memori baru
Dari kandang sekolah tinggi
Nilai sukacita musik buntut
Mengarungi kehidupan berkembang
Sejalan denyut waktu berputar
Dari bara sampai api semangat
Belajar yang menyerang
Jiwa  imajinasi perjalanan
Pengabdian musik buntut
Melangkah menapaki jejak-jejak
Manis bunga bermekaran

Lamongan, Oktober 2013

Puisi-Puisi Awaludin

Awaludin, T. t. l: Bandung, 5 Agustus 2013, Pekerjaan: Swasta Alamat : Jl. Cihampelasgg. Margalaksana no. 3/25 Rt 05/ Rw 09 Kel.TamansariKec. Bandung Wetan- Bandung Phone: 083821038982 / 085860986182 Email : awaludinfirst@yahoo.co.id 


“BUKA MATA, BUKA HATI”

Ketika Tuhan berfirman:
Bacalah!
sesungguhnya Tuhan tunjukkan
pintu
menuju pemahaman
eksistensi hidup
membangun diri
memelihara semesta

bangsa-bangsa besar berdiri
atas dasar kesadaran nurani
edukasi harga mati
mengukuhkan harga diri

semangat pejuang negeri
patriotisme berdarah-darah
tak semata emosi hati
tapi nadi telah dirajah
idealisme sang pencerah
agar lepas dari penjajah

penjajahan masih meraja
saat kebodohan nikmat berdansa
dibenak kita semua
mengulur waktu menata bangsa

buka mata
buka hati
gelorakan roda pembangunan negeri
dilandasi pendidikan penuh budi

buka mata
buka hati
menuju pemahaman diri
eksistensi bangsa tegak berdiri
seperti firman Ilahi

(Bandung, 1-9-2013)

Puisi-Puisi Adetia Anetama

Nama saya Adetia Anetama, saya lahir tanggal 7 desember 1997. Sekarang saya sedang duduk di bangku kelas XI IA 4 SMA N 1 Sumatera Barat di Padang Panjng. Karena saya berasrama, karya saya ini dikirim dan dibuat dengan penuh perjuangan, mulai dari tidak punya HP (tidak boleh bawa HP ke asrama), belum pernah mentransfer uang sebelumnya , dan setidaknya saya mendapatkan ilmu baru dengan adanya lomba ini untuk bias berpartisipasi  dalam sebuah lomba. Motto hidup saya berubah setelah mengikuti lomba ini “ mencari kesempatan, bukan menunggunya datang sendiri kepada kita”. no HP (asrama): 081267985840 Dan email : adetia.netama@yahoo.com FB : tiyya nethama 


HIDUP SANG BUMI KEMUSTAHILAN

Pelita itu terbit dari langit keajaiban
Meronakan wajah bumi  kemustahilan nan  pucat
Airmatanya membasahi pipi kesakitan  nan tandus
Membasahi bibir  kehidupan nan kering
Jerami-jerami perjuangan itu kini basah
Basah membusuk di tengah sawah penderitaan
Tenggelam, terbenam, terinjak dalam lumpur kenistaan
Hancur! Hancur! Ditelan kebiadaban kaki kekerasan
Bumi kemustahilan itu menangis
Air matanya membasahi jerami perjuangan nan membusuk
Membangunkan bunga-bunga pahlawan nan tertidur
Membuahi bunga-bunga kerja keras nan mandul
Melenturkan robot-robot kaku itu menjadi manusia-manusia tuhan
Jerami-jerami perjuangan itu
Bunga-bunga pahlawan itu
Manusia-manusia tuhan itu
Kini menari, melukis kancah drama kehidupan
Di sebuah kanvas kemerdekaan
Kemerdekaan sang penjarah kemustahilan

Puisi-Puisi A.Nawawi bin Mu'min bin Salami

A.Nawawi bin Mu'min bin Salami . . . Adalah manusia ke 5 dari 6 bersaudara beribu Ibu Ropinih binti H.Sulaiman. Lahir di Cirebon tepat pada tanggal kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), 17 Agustus 1992. 6 Tahun belajar di SDN 1 Guwa lor-Kaliwedi-Cirebon.  Melanjutkan belajarnya ke tanah penuh berkah Babakan-Ciwaringin-Cirebon,Pondok Pesantren Assalafie(2005-Sampai sekarang). Selain aktif sebagai 'pembelajar' di Madrasah Alhikamussalafiyah, gampang aktif di Komunitas Seniman Santri, Majalah Budaya MB2(Melek Bengi-bengi) dan LKP(Lembaga Kreativitas Pesantren). Facebook   A.Nawaawiesabit@facebook.com Nomor Handpone  089 657 987 501


AKU DAN BATU

Dulu, ketika ibu menanyakan apa cita-citaku
Aku sebagai laki-laki ku jawab ingin menjadi pesepak bola
Yang bisa membawa tanah kelahiran tercium harum
Susah di ejek-ejek dan gampang di saudarai tanpa pandang bulu
Kini, aku sedari dulu menganggap batu jadi senjata
Ketika bocah sepermainan melukai ku
Aku dan batu tak jauh sama, sama-sama kuat sama-sama bisa rapuh
Aku dan batu bercerita;
Keraskanlah hatimu ketika ada racun masuk ke dalam dada
Racun peradaban yang tak beradab
Keraskanlah isi kepalamu saat darah nadi lagi berdetak
Lawan kedzoliman antara manusia sesama manusia
Perangilah mereka dengan kesederhanaan berfikir bertindak namun susah di tebak
Bisa-bisa mereka kewalahan minta ampun merunduk-runduk
Tetapi, ah, apa ceritaku;
Sayangilah saudara-saudaramu
Jagalah mereka dari kutukan sampah-sampah dunia
Rangkullah persahabatanmu dengan Kasih Nya
Karena hidup menang tak akan menang selama-lamanya

2013