Oriangga Santriago Masdaloka adalah nama lengkap yang diberikan oleh ayah khusus untuk anak lelakinya yang kini tumbuh ,, dan itu adalah aku… Aku lahir pada tanggal 29, bulan Desember, tahun 1993, tepatnya aku lahir di kota kecil nan santri, yakni Kota Pasuruan.
Sebutan kota santri bagi kota Pasuruan, sama sekali tak bisa menjamin 100% penghuninya benar-benar muslim sejati. Masih banyak manusia bejat berkeliaran,, ya itulah manusia.. Hanya kata ‘MAKLUM’ yang bisa mengendalikan hal tersebut. Namun untung saja aku dilahirkan di lingkungan sehat, meski terkadang mata ini selalu menyaksikan dunia hitam yang teramat suram. Itu semua karena aku telah mengenal seni sejak usia dini. Seni yang aku kenal pertama kali adalah musik dan sejenisnya, lalu semakin tinggi nada yang aku kenal, hingga aku kenal dengan seni lukis, dan pada akhirnya berpuncak pada satu nada tinggi yang dinamakan sastra bahasa, salah satunya adalah PUISI. Puisi yang membuatku hidup, dan puisi yang mengajariku arti hidup, bahwa ‘HIDUP BISA MEMBUAT MANUSIA TUMBANG, NAMUN MANUSIA MASIH DAPAT MEMILIH UNTUK BANGKIT ATAU TIDAK SAMA SEKALI.’
Alamat e-mail: lyrocool@yahoo.com ; Nomor handphone: 085646663840
ANOMALI
Saat kamera pada wajahku merekam panorama seni dalam berbagai kelompok habitat manusia.
Otak kananpun ikut berpartisipasi juga.
Menyumbang beberapa imajinasi tak biasa.
Membuatku menjadi sosok anomali yang berbeda.
Layaknya rumus logika yang disatukan dengan rumus alam.
Hingga keduanya membentuk citra visual dalam gelap malam.
Segelas susu kental gurih.
Membuat lidahku bergoyang lirih.
Membuat jiwaku tenang bersantai.
Ditemani angin yang bernafas di sekitar dahi.
Namun pada akhirnya semua kembali, menuju pada satu titik cahaya pagi.
Menuju pada satu pertanyaan lagi, Bagaimana nasib dunia pendidikan kini?
Hanya satu pertanyaan gampang, tapi amat banyak jawaban menyimpang.
Mulut yang mengoceh di berbagai kandang, tak pernah sama dengan realita di tanah lapang. Semua jenis suara terdengar sumbang mengambang.
Aku yang slalu disebut Anomali, tiada pernah menggunakan kiri.
Dalam bersosialisasi, dalam menjelaskan sebuah arti, dalam mencipta sebuah karya seni.
Memang terlihat asing.
Tapi keasingan lebih bebas melengking.
Tiada pernah mengalami kering.
Siapapun berhak bertahan.
Siapapun berhak melawan.
Siapapun berhak berpendidikan.
Siapapun berhak berekspresi dalam pilihan.
Apapun, Bagaimanapun, Dimanapun, Hingga Kapanpun.