Zuhra Ruhmi Binti Zain Anak
sulung dari empat bersaudara ini lahir pada 27 September 1991 di Takengon,
motto hidupnya “terus melakukan perubahan meski perubahan tidak membawa
kesuksesan, tetapi tidak ada kesuksesan tanpa diawali perubahan”. Perempuan
yang sedang menempuh study di IAIN Ar-Raniry Banda Aceh ini adalah perempuan
pertama yang menjadi ketua umum organisasi mahasiswa Persatuan Mahasiswa
Takengon-Bener Meriah (PERMATA) sejak
terbentuk pada tahun 1986 silam. Disela-sela waktu kuliahnya ia juga aktif
mengajar di salah satu bimbingan belajar di Banda Aceh. Aktif disejumlah
organisasi keagamaan, kemahasiswaan dan sosial kemasyarakatan serta asisten
peneliti pada The Gayo Institute (TGI). sebagian dari karyanya terpublikasi
melalui media online. Buku pertama yang memuat karyanya terangkum dalam
antologi Tiga Bahasa (Indonesia, Gayo-Inggris) “Pasa” (The Gayo
Institute, 20012).penulis dihubungi melalui hp 0852 7744 2826 atau email
zruhmi@yahoo.co.id.
MENANGIS MERATAP
MANIS
Menjadi
lemas ilalang ditepi jalan
Terhempas
tak berdaya tertiup angin sepoi
Tak
ada batang peneguh
Karena
akarnyapun tak kuat
Begitulah
jika tidak terdidik dan mendidik.
24
April 2013
MENGAIS
HARAPAN DI NEGRI TAK BERSINYAL
Jalanya
gontai menuju terminal dengan keributan tak berujung
Mobil
butut yang ditumpanginya
Menjadi
tumpuan harapan tiap pagi
Menuju
negri tak bersinyal
Pinggiran
danau Laut Tawar menjadi ukiran-ukiran
elok penghibur nasipnya
Belokan
di kaki gunung menjadi guratan peluhnya
Nun
jauh diujung sana, di negri tak bersinyal
Ia
mengais harapan
Memberikan
ilmu yang ia punya untuk penerus bangsa
Kokohnya
gunung Birah Panyang
Bisa
menggambarkan tinggi semangatnya
Setiap
pagi menuju jalan yang sama
Berkelok,
berlubang, hingga suramnya jurang
Menjadi
taruhan
Untuk
mengais harapan di negri tak bersinyal
Banda
Aceh, 24 April 2013
SETELAH
KEMARAU PANJANG
Munculnya
gairah baru
Bagaimana
pohon menerima hujan
Setelah
kemarau yang panjang
Tandus…
Tandus…
Turunnya
hujan selalu membawa aura bahagia
Kemarau
panjang itu
Semakin
panjang saja
Bertahun-tahun
Dan
terus tandus
Hingga
tanah membuat garis bak ukiran peta yang menganga
Angin
berhembus yang juga panas
Tak
ada yang mampu mengahalau
Selain
nikmat Allah dengan turunnya hujan peradaban
Dengan
agama
Dengan
pendidikan
Dengan
seni
Dengan
seluruh aliran-aliran positif
Yang
terus mengantarkan airnya ke hulu sungai
Dan
kan bertemu di lautan luas
Banda
Aceh 29 April 2013
RUMPUTPUN
KAN CEMBURU
Temaram
lampu penerang
Bersemayam
di gelapnya malam
Sebagai
penerang untuk dapat membaca huruf-huruf hijaiyah si surau
Di
tempat nun jauh disana
Cahaya
lampu telah mereka punya
Namun
tak jua tersentuh huruf indah itu
Jangankan
orang lain
Rumputpun
akan merasakan cemburu
Betapa
ridak!
Kalian
punya penerang,
tapi
kenapa membiarkan hati menjadi gelap seperti malam pekat
cahaya
terang tapi hati hitam pekat
Banda
Aceh, 29 April 2013
KERTAS,
BUKU, PENA DAN TINTA
Kertas
buram
Buku
lusuh
Pena
patah
Tinta
habis
Banda
Aceh, 30 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar