Jumat, 03 Mei 2013

Puisi-Puisi Zuhra Ruhmi Binti Zain


Zuhra Ruhmi Binti Zain Anak sulung dari empat bersaudara ini lahir pada 27 September 1991 di Takengon, motto hidupnya “terus melakukan perubahan meski perubahan tidak membawa kesuksesan, tetapi tidak ada kesuksesan tanpa diawali perubahan”. Perempuan yang sedang menempuh study di IAIN Ar-Raniry Banda Aceh ini adalah perempuan pertama yang menjadi ketua umum organisasi mahasiswa Persatuan Mahasiswa Takengon-Bener Meriah  (PERMATA) sejak terbentuk pada tahun 1986 silam. Disela-sela waktu kuliahnya ia juga aktif mengajar di salah satu bimbingan belajar di Banda Aceh. Aktif disejumlah organisasi keagamaan, kemahasiswaan dan sosial kemasyarakatan serta asisten peneliti pada The Gayo Institute (TGI). sebagian dari karyanya terpublikasi melalui media online. Buku pertama yang memuat karyanya terangkum dalam antologi Tiga Bahasa (Indonesia, Gayo-Inggris)  “Pasa” (The Gayo Institute, 20012).penulis dihubungi melalui hp 0852 7744 2826 atau email zruhmi@yahoo.co.id.
 


MENANGIS MERATAP MANIS

Menjadi lemas ilalang ditepi jalan
Terhempas tak berdaya tertiup angin sepoi
Tak ada batang peneguh
Karena akarnyapun tak kuat
Begitulah jika tidak terdidik dan mendidik.

24 April 2013


MENGAIS HARAPAN DI NEGRI TAK BERSINYAL

Jalanya gontai menuju terminal dengan keributan tak berujung
Mobil butut yang ditumpanginya
Menjadi tumpuan harapan tiap pagi
Menuju negri tak bersinyal
Pinggiran danau Laut Tawar menjadi  ukiran-ukiran elok penghibur nasipnya
Belokan di kaki gunung menjadi guratan peluhnya
Nun jauh diujung sana, di negri tak bersinyal
Ia mengais harapan
Memberikan ilmu yang ia punya untuk penerus bangsa
Kokohnya gunung Birah Panyang
Bisa menggambarkan tinggi semangatnya
Setiap pagi menuju jalan yang sama
Berkelok, berlubang, hingga suramnya jurang
Menjadi taruhan
Untuk mengais harapan di negri tak bersinyal

Banda Aceh, 24 April 2013


SETELAH KEMARAU PANJANG

Munculnya gairah baru
Bagaimana pohon menerima hujan
Setelah kemarau yang panjang
Tandus…
Tandus…
Turunnya hujan selalu membawa aura bahagia
Kemarau panjang itu
Semakin panjang saja
Bertahun-tahun
Dan terus tandus
Hingga tanah membuat garis bak ukiran peta yang menganga
Angin berhembus yang juga panas
Tak ada yang mampu mengahalau
Selain nikmat Allah dengan turunnya hujan peradaban
Dengan agama
Dengan pendidikan
Dengan seni
Dengan seluruh aliran-aliran positif
Yang terus mengantarkan airnya ke hulu sungai
Dan kan bertemu di lautan luas

Banda Aceh 29 April 2013


RUMPUTPUN KAN CEMBURU

Temaram lampu penerang
Bersemayam di gelapnya malam
Sebagai penerang untuk dapat membaca huruf-huruf hijaiyah si surau
Di tempat nun jauh disana
Cahaya lampu telah mereka punya
Namun tak jua tersentuh huruf indah itu
Jangankan orang lain
Rumputpun akan merasakan cemburu
Betapa ridak!
Kalian punya penerang,
tapi kenapa membiarkan hati menjadi gelap seperti malam pekat
cahaya terang tapi hati hitam pekat

Banda Aceh, 29 April 2013


KERTAS, BUKU, PENA DAN TINTA

Kertas buram
Buku lusuh
Pena patah
Tinta habis

Banda Aceh, 30 April 2013





Tidak ada komentar:

Posting Komentar