Kamis, 13 Juni 2013

Penerimaan Naskah Lomba Cipta Puisi Nasional Kuflet Terakhir 30 Oktober 2013

KOMUNITAS SENI KUFLET PADANGPANJANG, SUMATERA BARAT

Sehubungan dengan kuato Lomba Cipta Puisi Nasional Komunitas Seni Kuflet Padangpanjang belum mencukupi Kreteria untuk penerbitan antologi puisi. Sehingga Panitia penyelenggara Lomba Cipta Puisi Nasional Kuflet beserta Kurator dan Pengurus Komunitas Seni Kuflet Padangpanjang, berdasarkan rapat pada hari Rabu, 12 Juni 2013. Memutuskan:
1. Penerimaan Naskah Puisi akan diperpanjang sampai dengan 30 Oktober 2013
2. Penilaina oleh dewan juri dilaksanakan pada 5 S.d. 25 November 2013
3. Pengumuman Pemanang akan diumumkan pada 30 November 2013
4. Peraturan yang lain tidak ada perubahan 

Alasan pengunduran
1. Kuato Puisi untuk penilaian pemilihan 10 puisi terbaik setiap kategori belum mencukupi
2. Kuato untuk penerbitan antologi puisi dari puisi peserta belum cukup

Dalam rangka pengabdian Komunitas Seni Kuflet kepada masyarakat umun khususnya anak bangsa. Komunitas Seni Kuflet laksanakan Lomba Cipta Puisi Nasional kategori siswa, mahasiswa dan umum yang bertemakan  “Seni untuk Masyarakat Membentuk Citra Membangun Dunia Pendidikan”. Tujuan acara tersebut adalah untuk mencerdasakan generasi bangsa dan membangun dunia pendidikan melalui kesenian. Sebelumnya acara tersebut direncanakan pada 11 Mei 2013, namun karena ada beberapa masalah. Sehingga pengiriman karya terakhir diundur ke tanggal 10 Juni 2013. Kemudian pada tanggal 12 Juni 2013 berdasarkan keputusan di atas bahwa Kuato Puisi untuk penilain pemilihan 10 terbaik setiap kategori belum memenuhi dan kuato untuk penerbitan belum mencukupi sehingga Penerimaan Naskah Puisi diundur sampai 30 Oktober 2013 dan pengumuman tanggal 30 November 2013. Setiap pemenang akan diumumkan melalui media cetak dan media Online serta nomor HP yang diberikan peserta kepada panitia.

SYARAT&KETENTUANLOMBA
1. Peserta Warga Negara Indonesia (WNI) baik yang berdomisili di Indonesia maupun diluar Negara Indonesia.
2. Memiliki Identitas diri berupa;
a. Kategori mahasiswa dan umum memiliki KTP/SIM/Kartu Mahasiswa//Paspor, dll. (pilih salah satu)
b. Kategori siswa (SLTP/SLTA) memilki Kartu Pelajar/ Surat keterangan sekolah (Pilih salah satu)
3. Tema Lomba Cipta Puisi Nasional “Seni untuk Masyarakat Membentuk Citra Membangun Dunia Pendidikan”  
4. Peserta adalah perorangan (individu).
5. Setiap peserta wajib mengirim naskah sebanyak 5 judul  karya.
6. Karya yang diikutsertakan harus asli bukan terjemahan, danpenulis bertanggung jawab penuh terhadap hasil karya  tersebut. Apabila dikemudian hari ditemukan adanya plagiasi (plagiat), maka apabila peserta tersebut menjadi juara langsung didiskualifikasi.
7. Karya belum pernah dipublikasikan di media manapun, baik Media cetak maupun media Online
8. Panitia berhak menyeleksi semua tulisan yang masuk dan berhak tidak mempublikasikan tulisan yang mengandung unsur SARA, RAS, Pornografi, atau unsur lain yang dinilai kurang pantas dan kurang sesuai dengan etika serta melanggar  segala perundang-undangan yang berlaku.
9. Pengumuman pemenang akan diumumkan pada 30 November 2013. Kemudian akan diumumkan lewat jurnal seni online kuflet.com dan juga media lainnya baik nasional maupun daeah.
10. Peserta disarankan bergabung dengan group( jurnal seni online kuflet.com/ http://www.facebook.com/groups/169432709818345/)  untuk mengetahui informasi lebih lanjut
11. Semua karya peserta akan akan ditayangkan di blog http://infolombaciptapuisikuflet.blogspot.com
12. Lomba ini tidak boleh diikuti oleh seluruh anggota dan alumni Komunitas Seni Kuflet Padangpanjang.

FORMAT PENULISAN
1. Panjang naskah maksimal 2 halaman untuk satu puisi (kertas A4, font Times New Roman, ukuran font 12, spaci 1.5, batas margin; Top 4 cm, Left 4 cm, Right 3 cm, bottom 3 cm.
2. Lampirkan biodata (identitas diri) berbentuk narasi/paragraf dalam file yang berbeda (lengkapi dengan Nomor Telp dan Email aktif). Lampirkan Foto dan Kartu Identitas yang diScan (KTS/KTM/KTP/dll)
3. Nama file puisi adalah (Puisi-Kategori lomba - Nama Penulis-kota),contoh; PUISI - SISWA – BUDI-PADANG.
4. Kirimkan file puisi beserta lampiran biodata via email ke: lcpnkuflet@gmail.com dengan format pengiriman; Judul  (Subject): Puisi –Kategori-Nama Lengkap Penulis-kota. Contoh:  PUISI - SISWA – BUDI-PADANG.


KRITERIA PENILAIAN
1. Kesesuaian Tema dengan  judul dan isi puisi
2. Isi karya
3. Sistematika penulisan; pemilihan diksi, ejaan, gaya bahasa, kiasan.
4. Penjurian dilakukan 2 tahap, tahap seleksi yang akan dipilih 13  karya kategori siswa dan 13 puisi terbaik kategori mahasiswa dan umum, kemudian penjurian final dalam menentukan 3 terbaik siswa dan 3 terbaik mahasiswa dan umum.


HADIAH PEMENANG
           
Kategori Mahasiswa dan Umum
1. Juara I : Rp. 700.000 + 5 Buku  + Piagam penghargaan.
2. Juara II : Rp. 500.000 + 3 Buku + Piagam penghargaan.
3. Juara III : Rp. 300.000 + 2 Buku + Piagam penghargaan.
4. 10 karya terbaik akan dibukukan


Kategori Siswa
1. Juara I : Rp. 500.000 + 5 Buku  + Piagam penghargaan.
2. Juara II : Rp. 350.000 + 3 Buku + Piagam penghargaan.
3. Juara III : Rp. 250.000 + 2 Buku + Piagam penghargaan.
4. 10 karya terbaik akan dibukukan


MEKANISME PENDAFTARAN

1)      Peserta dikenakan biaya registrasi Rp. 20.000,-. Dengan melakukan registrasi via transfer ke Bank BRI, Nomor Rekening 0037-01-074639-50-9 a.n. Ansar Salihin. BRI Cabang Banda Aceh.
2)      Setelah pengiriman uang pendaftaran konfirmasi ke no 085272296756 dengan format LOMBA CIPTA PUISI. KATEGORI. NAMA. NOMOR REKENING. ALAMAT contoh LOMBA CIPTA PUISI. SISWA.BUDI. 0037. 01 XX. XXXX. PADANG.
3)      Naskah puisi, lampiran biodata, foto, Kartu Identitas yang telah dilengkapi, serta struk ATM/Tunai sebagai bukti registrasi dikirim paling lambat tanggal30 Oktober 2013 Jam 23.59 WIB.
4)      Pengumuman pemenang tanggal 30 November 2013. 
 5)      Pertanyaan lebih lanjut bisa melalui SMS di 085272296756/ 08982693455 (Ansar Salihin ) atau via Email di lcpnkuflet@gmail.com, kuflet@gmail.com dan di Web kuflet.com


DEWAN JURI
1. Mustafa Ismail (Sastrawan Nasional/Redaktur Budaya Koran Tempo Jakarta)
2. Muhammad Subhan (Jurnalis, Novelis dan Ketua Umum Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia)
3. Win Gemade (Penyair Aceh Tengah)

Puisi-Puisi Eddie MNS-Soemanto

BIODATA: Eddie MNS Soemanto lahir di Padang, pada 4 Mei 1968. Saat ini, sejak tahun 1994,  bekerja di sebuah perusahaan otomotif AUTO 2000 di Padang, yang mana beberapa tahun sempat pindah di Jakarta bekerja di perusahaan yang sama. Puisi-puisi tergabung dalam antologi Rantak 8 (Teraju Padang, 1991), Rumpun (Taman Budaya Sumbar, 1992), Kebangkitan Nusantara II (Malang, 1996), Slonding (Selakunda Bali, 1998), Puisi 1999 Sumatera Barat (Dewan Kesenian Sumbar, 1999), Narasi 34 Jam (KSI, 2001). Dialog Taneyan Lanjang (Bunga Rampai Majlis Sastra Madura, 2013). Kumpulan Puisi tunggal bertajuk Konfigurasi Angin (Citra Budaya Indonesia, 1997). Selain menyenangi puisi, juga menyukai cerpen dan hal-hal berbau plesetan. . Hape 0812 670 84384, pin 225783BA. Email: ed.soemanto@ymail.com



MALAM TAHUN BARU

bulan tumbuh dari tempat yang sama
senyum bintang masih seperti kemarin
tapi pengharapan tetap harus berbeda
membangun impian dari rongsokan
kata-kata, kalimat-kalimat nujum
serta kenangan yang saling berhimpitan
serupa paus yang terkurung beribu tahun
menebak-nebak  penjuru mata angin

kotbahmu yang panjang tentang dunia
kadang menyesatkan bayi-bayi domba
yang tak sengaja lahir dari tumpahan cendawan
dan luapan cahaya: kita masih mematut-matut diri di keretakan cermin waktu
keniscayaan serupa keberuntungan tumplek dari surga, katamu. berulang-ulang dituliskan sebagai harapan dalam kitab-kitab


Padang, 31.12.2012



-------------------------------------


TELAH  AKU SIHIR


tak kusangka telah kusihir rupamu
aku menduga akan meleburkan kisi-kisi malam
jalan setapak menuju rumahmu: kota disesaki gambar-gambar palsu. poster-poster palsu
dan pasar ditumpahi kaki lima. kalimat-kalimat obral, bahasa-bahasa iklan di trotoar: dijaja bersama kebohongan

tak kusangka telah kusihir segala hasratmu
rupa-rupa . dan juga iklim pancaroba yang hitam
aku ternyata tersesat oleh warna laut
yang kau bentangkan dalam mimpiku

tak kusangka begitu lekas usia menjadi layu
bunga-bunga mencatatkannya dalam pot tanah yang lupa kau sirami
di situkah aku menuju: rumah tak berpintu


Padang, 10.1.2013


------------------------------

KUBACA RIWAYAT


kubaca riwayat kontrak para burung
yang menghuni cakrawala: kutemu kau menggotong merek-merek dagang
etalase yang kau pindahkan dalam hati
tak kah kau sandingkan aku di sana?

kubaca silsilah hutan-hutan yang kausuburkan di ranjang
bagai batu, semedi berkepanjangan dalam luasnya haribaan
tak kau sebut sebagai keletihan?

lalu semuanya memudar. kita masih. mencari-cari ibu kandung kebenaran
sambil memukul-mukul lonceng
kematian di setiap magrib


Padang, 15.1.2013


------------------------------------

KUGALI MIMPI


kugali-gali sendiri mimpi
tak kunjung kubaca riwayat pohon
yang kau tebang. hanya bahasa isyarat gergaji dan cinshaw yang kutemui
anak-anakku menggambar pohon tumbang itu
pada dinding kamar
tak ada burung di situ. juga  marmut hanya ilalang kering. tumpahan serbuk-serbuk kayu
lelehan matahari yang memerah
juga mimpi nyaris  semaput
kugali-gali sendiri. bangkai pohon
ceceran daun-daun tua dan kelabu  menjadi timbunan sampah dalam kepalamu

juga tak ada akar yang menjuntai
yang menyambungkan kegelisahan kita dari menit ke menit
pada matamu tinggal doa-doa lusuh dan mengkerut
tapi terus kau ucap dalam mulut yang mendidih
lalu berharap musim-musim menumbuhkan gerimis dalam mimpi itu


Padang, 31.1.2013


-------------------------------------

IBU KESEDERHANAAN

cinta yang membusuk
akar pada pohon. bunyi pada kendang
adalah kesetiaan. zatmu yang bertaburan dari semesta:  tanpa batas
adalah ibu untuk kesederhanaan
juga kesengsaraan daun-daun yang dirontokkan angin ke pojok halaman

aku menangkap suara hujan dari matamu
berwarna abu-abu. dan aku menuju jalan panjang

Rabu, 12 Juni 2013

Puisi-Puisi Rika Mayangsari

Rika Mayangsari, Nama Panggilan  Kaa/ Ika, Tempat Tanggal Lahi di  Jakarta, 15 Desember 1991, Alamat Domisili di Jalan Kramat IV Rt.009/010 No.17 Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan  Cipayung, Jakarta Timur 13810.Alamat Tinggal di Perumnas Waiheru Blok III, Ambon-Maluku,  Mahasiswa Jurusan Akuntansi dan Staf Administrasi Lembaga di Maluku, Mendengarkan musik (Easy listening  music, Japanesse and Pop Rock), Baca  buku (Simple book), dan Menjelajah tempat baru (Learn and Trying something  new). Ketika banyak bintang yang mulai menenggelamkan sinarnya, sisihkan sedikit  sinarmu untuk membangunkan mereka dari keraguan bahwa “keajaiban itu  masih ada” dan bersiaplah untuk sesuatu yang tidak terduga Email Rhilup_naruto@yahoo.com.  Rika.amu15@gmail.com Telp 021-8488140/ 082113241175


UNTUK IBU

Penat lelahku bersandar di pundak lembutmu
Tangan halusmu mengusap peluh erak di keningku
Mengadu kesal berkicau masalah yang datang padaku
Terenyah tenang saat ku tangkap sorot matamu

Perlahan butir air mata meruak ke wajahku yang merunduk pilu
Teringat kenangan saat ku bermanja manis denganmu
Mengingat Khilaf dan kenakalanku saat remaja lalu
Maafkan aku ibu yang terkadang dulu tak menghiraukan dirimu

Ibu, ingin ku tuangkan kepedihanku ini
Ingin ku peluk erat dirimu saat ini
Saat terendahku tanpa dirimu kini
Saat pendewasaanku menghadapi masalah hari ini

Ibu, saat ku memilih jalan ini
Apakah engkau benar rela melepasku?
Seorang perempuan kecil yang hijrah untuk negeri
Membawa bekal budaya dengan ajaran dan nasihat darimu

Melangkah lambat saat ku teringat padamu
Mengamal tauladanmu saat mengajarku menjadi perempuan berilmu
Memasak, bersolek, hingga mengelola kasih sayang terhadap sesamaku
Menjadi bekalku saat mantap melangkah untuk keluar menjadi pribadi baru

Kini, ku menopang hidupku sendiri tanpamu
Mengusap air mata di tiap doa tertinggiku untukmu Ibu
Tergegap ku berkata dalam hati, Ibu aku sangat sayang padamu
Semoga Tuhan menyampaikan rinduku ini untukmu

Terkadang ilusimu membuatku berlinang air mata
Saat mengingat indahnya saat bersamamu dan keluarga
Aku tersadar, mengapa dulu aku sering mengacuhkan perintah bijakmu?
Namun inilah resiko hidup baruku dari keputusan yang sudah ku paku

Setiap sujud ku berdoa untuk kesehatanmu sekeluarga
Berharap engkau selalu tersenyum bahagia disana
Ibu, walau kita jauh terpisah kini
Kasih sayang dan doa darimu selalu membuatku kuat hingga hari ini


SEDERHANANYA HIDUP

Bangun untuk memulai harapan
Melihat untuk belajar
Berjalan untuk berjuang
Tertidur untuk bermimpi cita

Dalam sebuah kata “keterbatasan”
Elegi menyambut pahit sebuah “kehidupan”
Menyapa dengan “kesederhanaan”
Merangkul dalam sebuah “tantangan”

Sendiri terlihat ragu
Bersama kita kan maju
Mengubah takdir masa lalu
Dalam dendang kepada Sang Agung

Terkadang rapuh menyudut
Terkadang semu bertamu
Dalam balutan kehidupanku
Asa kupacu menderu

Tak peduli raga
Tak peduli harga
Citaku pada dunia
Akan kujadikan nyata

Walau bermodal secarik kertas putih
Berteteskan tinta hitam pekat tak bernilai
Berpeluhkan puluhan usaha tak ternilai
Hargaku padanya sudah mati

Kutempuhnya dalam setiap hari
Kuperhatikannya dalam setiap menit
Kepelajarinya dalam setiap hela
Agar kumengerti arti hidup yang sederhana.


RINDU RINJANI

Menggali  alam dalam subur alam raya
Menapak Senja di Pulau Seribu Masjid
Memesona negeri sebagai Lumbung Pangan Nasional
Memijak bumi tertatih, Rinjani

Bergeming dalam bisu
Berkumandang dalam mimpi baru
Asaku kurajut dalam  haru
Kugapai esokku yang kelabu dengan biru menderu

Cahaya elok membias di beningnya laut
Terpantul gambaran diri dengan sejuta rupa dalam tanya..
Haruskah ku tinggalkan dusun kecilku yang menawan
Untuk menapaki rimba baru yang menantang,

Terseok ku rajut mimpi dengan benang asa
Ragu mengganggu, erak siap bergelayut dalam bahu  ini
Tertunduk memejam ku bersimpuh pada sang Pencipta
Mengharap benang asa tak memutus kala ku merajut mimpi

Sabit telah purnama, dan semi telah menanggalkan gugur
Melodi kehidupan menyambut anak sang Pribumi yang telah kembali dari rimba
Menawan sekitar bak permata cendekia yang mulia
Rinjani, aku kembali dengan harap baru membawa negeriku membahana dalam dunia

Dua perlima dekade sudah hijrah demi cita
Membawa Gaharu dalam lintas tersohor dunia
Dalam kado kecil nan indah dari Ibu Pertiwi nan Agung
Kini ku pulang dengan jutaan ilmu yang kupersembahkan utuh untukmu,
Rinjani.


PEJUANG KLASIK 

Sulung dari panca raga
Mengusap dahaga dalam dingin malam
Belajar dalam remang pinggir kota
Bersabar dalam hidup rela penuh suka cita

Malam kau belajar, siang kau bekerja
Merelakan remajamu untuk sebuah cita
Untuk mereka yang kau cinta
Dengan atau tanpa restu orang tua

Subuh masih terlalu dini untuk kau tapaki
Jalanan masih terlalu sepi untuk kau lewati
Namun kaki dan tanganmu terus bekerja dalam pagi yang sunyi
Menyapa dedaunan pagi untuk kau bersihi

Sabtu kau belajar dan membanting tulang di sawah
Minggu kau berladang juga membantu ayah membajak tanah
Senin hingga jumat kau menyapu jalanan dengan setia
Hingga malam menjemput kau masih juga mencari ilmu mulia

Peluh usahamu kau relakan untuk saudaramu
Hasil jerih payahmu kau gunakan untuk pendidikan adik-adikmu
Walau kini telah putih rambutmu
Walau kini semakin rapuh tulangmu

Aku yang jauh darimu
Mengais ilmu di negeri nan jauh
Ingin meneruskan usahamu yang dulu
Walau rindu terlalu menusuk di kalbu, Ayahku...  


BERTAHAN DALAM ERAK

Perlahan, dalam diam dia nyata
Dalam khusyuk bergeming dia ada
Terus berjalan menjaring sebagian nafasnya
Mengontaminasi sebagian harapan kecilnya

Sebuah anugerah tentang rasa
Sebuah ingatan tentang sebuah ujian
Menyudut dalam diri
Bersatu untuk melumpuhkan jati diri

Abstrak tak terlihat
Bersarang dengan jala-jala koma
Tertanda jingga telah kelabu
Dan rajut mimpi terhenti sejenak ragu

Tersadar waktu tak dapat berubah
Tertunduk pasrah memohon doa
Walau tertatih sendiri dalam dingin kota
Dan harapan telah tersamar realita

Tiba sudah kelabu menjadi kelam
Kardus jalan tak bertuan
Gadis kecil telah terbungkus kafan
Meninggalkan dunia dengan cita tak tergapaikan

Secarik kertas kutulis memori klasik
Tentang catatan kehidupan loper cilik yang teracik
Gadis kecil dengan senyum tertahan lesu
Bertahan dalam erak, melawan dengan ragu
Tersisa cita, duka dan alpa tentang sebuah keluarga

Puisi-Puisi Renny Puteri Utami

Renny Puteri Utami, lahir di kota Palembang, 26 Juni 1995. Sulung dari 3 bersaudara ini memiliki hobi menulis dan membaca. Saat ini bertempat tinggal di Jl. K.H. Balkhi Lr. Banten 6 no.208A RT. 60 RW 001 Palembang. Ketika masa SMA, aktif mengikuti kegiatan OSIS dan ROHIS serta kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya, dan sekarang baru saja ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. 
Juara terbaik pertama dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November, Dewan Harian Daerah Badan Pembudayaan Kejuangan 45 (DHD BPK 45) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) lomba karya tulis puisi se-Sumsel, Rabu (7/11/2012) di Gedoeng Djoeang ’45 Jakabaring – Palembang. Selain itu juga menjadi juara terbaik 3 dari seluruh Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand dalam lomba PSP (Pasar Seni Pelajar) 5 SMAN 4 Batam pada tanggal 26 Januari 2013. Hal tersebut belum membuatnya menjadi cepat puas, pengalamannya masih seumur jagung masih banyak yang belum diraihnya. 
Untuk menyambung silaturahmi, silahkan kontak melalui no. HP 08988732527, atau via email rennyputeriutami@ymail.com


PEMUKIMAN SENI MENDARAH DAGING

Ujung angin selatan merobek pelabuhan menguning,
Ditikam oleh debu dan berlari kesana kemari
Rindu bergumpal di genggam tiada tanya agungnya serupa laksana
Seruni rima telah merayu serta-merta meratakan papan ratapan
Pincangnya hujan karena tiada petir yang melambai 
Jemari pun rela tak mengharu biru lalu menepis di pelataran gang-gang suara.
Lirih apa tersedu sedan menyatakan rindu
Ini teka-teki yang mudah di tebak.
Istirahat sejenak mendengar kabar kabur
Sediakala manusia bercokol di metafora persembahan tempo dulu

Pemukiman seni telah berdarah jadi
Indonesia purnama di belahan katulistiwa
Seperti Ebiet kah dunia, tampil menyanyi biru?
Seperti Wali Songo seni mendidik?
Sejurai masa menyisakan peradaban klasik
Sejurai cerita menyisakan amanat 
Sekumpulan manusia menari bertatap berpautan
Nada  sama timbullah sentuhan melodi paradigma
Lapisan langit tertawa alunan suling Sunda merambat lambat
Lembu di pinggir sawah berdendang 
Gundah gulana terusir, menyanyilah  Asep
Saring estetika mustika
Menyanyilah Asep
Ku temukan sosok manis menikmati lagu dunia
Tersenyum semangat di atas melodi menyingsing cita-cita
Pemukiman seni mendarah daging
Dalam nadi, saraf hati, serat-serat pikiran 
Menempelkan virus membelah diploid menjai ribuan


HINGGA AROMA PRIMER BERANAK SEKUNDER

Terhujam dan dihantam oleh silau sastrawi
Rotasi jagat raya kini gusar penurunan ilham yang hakiki
Luhurnya artsitik sebuah ketulusan
Bergaya medium atau hirarki bahkan bisa jadi penumpas batiniah
Di kanan serta di kirinya, tersinggung tersedu tanah air
Cukup kinestik latar belakang Indonesia lalu pembebasan makna
W.R. Soepratman, Indonesia Raya
Belenggu menjadi harfiah seni mengalir alur
Digubah apik dalam perspektif  nasionalisme dalam lembah Pendidikan

Ruas warna batas waktu
Pra-aksara, neolithikum, megalithikum membalut sejarah
Awalmu dari prasasti, relief, serta candi dan masjid Allah
Menelan semua abstraksi, hingga kontemporer 
Perbincangan pelangi ini bukan sekadar primer
Merah, kuning, biru
Tapi dimana setiap bus sekolah menghantar kusuma bangsa bernafas seni
Yakini peluhnya pun bergolak 
Hingga aroma primer beranak sekunder
Sebab sentimentil terhadap luwesnya perubahan 
  

KREASI TIDAK DIPUNGUT BIAYA

Ada seonggok harapan yang belum dimengerti
Suatu malam yang diresapi perubahan suasana 
Kelaparan akan perbandingan manusia insan rumah
Pura-pura pengemis mencari belas 
Dikala mengais semua titah di dalam genggaman
Semua itu kebutuhan dan membebaniku
Tak usap khayal segala batin seperti bunga haus tak minum seribu tahun
Tak usap khayal haruslah berpegangan ilmu agar tak terpeleset terkena hujan
Kadang pula berlebih dosis dan gentayangan
Dunia ialah esensial produksi kemanusiaan
Pembagi waktu adalah bijaksana merampingkan kesulitan
Status patriotik mengancam ortodok kebodohan

Seni sarana eksotik namun tidak menentang pendidikan
Tiada pembutaan dalam seni yang jernih
Mengasah lembut setiap ide  menjadi kebudayaan yang kompleks
Sentuhlah mereka yang dehidrasi di padang pasir keresahan
Siapapun dia yang kalut dalam dunia hati dan pikiran
Petani, buruh, anak jalanan meratap 
Pencarian nafkah kalbu lewat seni dapat meringankan 
Seni sarana eksotik namun tidak menentang Pendidikan
Tiada pembutaan dalam seni yang jernih
Jangan takut seperti maling yang akan di hakimi
Barometer fantasi seni melambung ke langit
Rakyat kecil butuh seni dan pendidikan
Jangan takkut seperti maling yang akan di hakimi
Bumbung bersedia menjadi pengungkap sistem hati

Tenanglah kreasi tidak di pungut biaya
Tiada satupun penghalang bagi ikrar kesenian
Tiada satupun penghambat bagi pemegang amanat pengetahuan
Tiada penipuan dalam hasrat meninggikan kebudayaan
Keberanianmu berkreasi adalah pahlawan sejati
Tenanglah kreasi tidak di pungut biaya



DEMI PROTES MELAWAN DUNIA

Kucium kaki tua berbau basi
Selangkah menyeret tetesan peristiwa yang parah
Pikulnya memundak dari jemari terkungkung kejam empedu awan
Sarat suatu nisan bukan dari beliau 
Tasnya memelihara kelengkungan diatas pelupuk
Terhadap anak panah yang berbisik aku sudah lelah
Terhadap batu granit terkikis hujan
Dia injakkan kaki yang terasa kesemutan, linu atau asam urat
Sambil tengkoraknya yang terbentuk, binar wajah semakin kusut
Setiap halte yang menunggu seruan rayuan kernet pada penumpang
Setiap gerbong-gerbong tua dan relnya pun turut berduka 
Di persimpangan stasiun bertayangkan lembayung senja
Ada yang tak berani bersuara dan menyanyi sebaliknya
Sebuah masa gitar melodi yang kenyang dinikmati
Namun sebuah jiwa berpuasa dari dunia kecil penuh antah berantah
Penilaian sang tua terhadap seni hingga turun dari pengasingan
Sebenarnya sang tua menyatukan listrik padat makna
Dalam persembunyian otaknya berwarna memancar 
Ingin sekolah sejak penjajahan, dayanya sampai senja pun tak mencicipinya
Sebuah masa gitar melodi kenyang dinikmati, demi protes melawan dunia


BERUSAP EMBUN PENDIDIKAN

Ada panggilan masuk membentur
Sekumpulan definisi untuk perbincangan tanpa uraian 
Ada pula struktur-struktur  gabah untuk menghadirkan fungsi
Di pojok pola poligon pontang-panting bergeming
Ku kira ada sumber dalam hal batiniah
Beberapa sayup mengatakan takkan datang
Beberapa kesendirian bercakap takkan pulang
Konsep semantik berhadiah selaput suara yang dilatari suku-suku seni
Duduk di tepi ladang ini vokal menjadi terkabar samar 
Topik yang menyerahkan adaptasi berlingkup proses
Serta bersuka ria penonjolan artikulasi sikap
Ada kontras, antonim, perseberangan, ada ciri mayor atau minor
Tak masalah seperti dihembus langit-langit waktu

Ada hak dan kewajiban seni membangkitkan Pendidikan
Secarik potret Saleh Syarif Bustaman
Kesempatan romantisnya terikat, Antara Hidup dan Mati
Karena tersirat hiruk pikuk desah angin
Seni mengandung magnet kehidupan
Tatkala dapat menarik tariklah sekuat tenaga
Kulturasi seni melepaskan dahaga 
Mendapat angin segar dan bertemulah
Periode Indonesia Jelita, PERSAGI, hingga periode Sanggar
Memperhatikan anak bangsa 
Menjadi catatan penting demi pendidikan

Pernah beristirahat ditengah pergulatan seni
Tapi kami tidak ingin batas layar
Bukan resep atau komposisi yang kebarat-baratan
Tapi rasa senang berenang di samudera seni Indonesia
Ketika kecil ku kenal Reog Ponorogo, serta wayang si Cepot
Ketika dewasa ku nikmati usapan embun Pendidikan nusantara
Bukan resep atau komposisi kebarat-baratan
Tapi rasa senang berenang di samudera seni Indonesia

Sendi-sendi seni bongkar pasang dalam morfolgi wajah Indonesia
Terkadang tak perlu susunan tingkat tapi ambigu tak juga dekap
Jadi inilah seni kekuatan ekspresi melibatkan Pendidikan
Menghadirkan retoris lalu syahdunya sulung
Berusap embun Pendidikan


Puisi-Puisi Nina Kirana

Nama lengkapku Nina Kirana. Sering menggunakan nama pena Kirana atau N. Kirana. Dilahirkan di Surabaya dan dibesarkan di Bandung. Lulus dari Universitas Padjadjaran jurusan Bahasa Jepang. Sangat menyukai seni dan kesufian, terutama seni bahasa, musik dan filsafat. Belajar dan terus belajar adalah sebuah keharusan bagiku. Beberapa karya pernah dimuat di majalah sastra dan antologi bersama.
Memiliki quote:
“ ~ menulis bagiku merupakan Tarian Ruh dan Jiwa.. tiap liuk lekuk gerakan jari-jemari ini memahat Huruf demi Huruf dan Bait-bait Nada dari Lirih Jiwa.. maka, mainkanlah Musikmu dan Menarilah ..!! ~ N. Kirana” 
Memiliki blog: www.lukisanmalam.blogspot.com dan www.lukisanmalamku.blogspot.com 
Dapat dijumpai di facebook: www.facebook.com/AkuDanLukisanMalam
Email: qrana.qrana@gmail.com
Nomer Hp: 081809882010


ANAKKU (1)

Anakku,

Engkau pulang dengan membawa siang yang terserak di antara kemeriyap butir-butir keringat pada terjal keningmu
Dan tas yang menggelayut lelah di punggungmu nampak melambai-lambai pelan seiring dengan langkah-langkah mungil kakimu yang datang menyapaku

Pada punggung penatmu tersandar tubuh gitar yang selalu memahat lesung manis di pipimu
Gitar sederhana yang sangat kausayang meski tubuhnya kian menyenja di tapal waktu

Teruslah berjuang, Nak,
biarkan Dia mendekap erat dirimu

ANAKKU (2)

Senja masih belum jua pudar saat denting dawai gitarmu melumat sebuah kesunyian
Sesekali kaucoba merangkai impi dengan mengukir not demi not hatimu pada lembar kegelisahanmu
Terbaca jelas di riak telaga matamu saat jiwamu menyanyi, binar itu nampak benderang menari


SANG PENARI (1)

Malam Jum’at, pekatnya kian sempurna, namun panggung terlihat semakin ramai, tak peduli dengan gulita langit yang kuat mencengkeram
Di kejauhan suara gamelan menyelinap kegelapan malam
Sosok gadis berkulit kuning langsat terlihat hanyut dalam liuk liku gemulai
Matanya terkadang setengah terpejam
Balutan kain setengah dada dengan selendang merah melingkar pada jenjang leher,
jelita, membuat hati tercekat berebut tempat
Sesekali didekatinya kerumunan mata-mata liar, sorak-sorai terdengar riuh membahana. Dan gadis itu melempar senyumnya
‘Kamu memang pandai sekali menari, Ratih. Siapa pun yang melihatmu menari, pasti seolah lupa diri.’
Waktu terhempas pada ujung malam
Suara gamelan pun berhenti berdendang
Sang penari belia siap melepas penat dan menjemput matahari cita

4. SANG PENARI (2)

Langit biru dengan jutaan kisah, tegap berdiri, menanti setiap diri teteskan peluh demi impi
Lari-lari kecil seorang gadis berkisah menjejak tanah
Kembali ke bangku tua sekolah meski semalam lelah meronggeng di kampung sebelah


5. BIARKAN AKU

Terik matahari teramat panas, menyayat tanah dan kelopak mata
Kita menatap waktu dan keluar di dalamnya
Berulang kali mencumbu detik dan menit serupa rangkulan detik kesepian
Mungkin memang ke akhir senja ku harus menjahit asa
Hidup menyanyi di ganasnya jalan sebab ibu tak mampu membawaku sekolah
Hingga bagimu aku hanyalah lumpur-lumpur sunyi pada gunung-gunung sampah


Bandung, Juni 2013








Puisi-Puisi Dediono

Nama lengkap saya adalah Dediono, sapa saja Dedi. Saya anak sulung dari lima bersaudara. Ayah saya bernama Muslim dan ibu saya bernama Sriati. Saya lahir tiga puluh tahum silam tepatnya di Demak,16 Mei 1983. Riwayat pendidikan yang saya punya adalah sekolah dasar di SDN 4 Mranggen, sekolah lanjutan di SMPN 2 Mranggen dan SMAN 2 Mranggen, kuliah di IKIP PGRI Semarang Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Jurusan Bahasa Inggris.

Sekarang saya tinggal di Jalan Karanggawang Barat RT 06 RW 14 Kelurahan Tandang Kecamatan Tembalang Kota Semarang Jawa Tengah. Saya tinggal di sana dengan istri tercinta yang bernama Rini Susilowati. Saya bekerja sebagai seorang guru (bahasa inggris) di SMP Islam Al Azhar 23 Semarang. 02470301907 dan ono_dedi@yahoo.co.id adalah nomor telpon dan email saya.


MAHABBAH TERINDAH

Kumandang suara adzan menyeruak, memecah keheningan pagi yang gulita
Mengetuk hati insani tinggalkan mimpi fana
 Menyeru semangat jiwa bangunkan raga perkasa
Mengantar langkah kaki meraih gelar taqwa

Allah,
Ku buka mata usir kantuk yang tersisa
Ku singkap selimut sudahi kehangatan semu yang menggelayut
Ku angkat badan tinggalkan buaian nikmat yang memanjakan
Ku jauhi rerebahan penghantar mimpi yang tak berkesudahan

Allah,
Ku tata sanubari demi meraih suci dengan air-Mu yang diberkahi
Ku kiblatkan hati pikiran dan lisan dengan penuh tunduk pandang
Ku ikrarkan janji suci dengan leleh air mata menyertai
Ku sungkurkan kerak kesombongan segenap jiwa dan raga dengan penuh ketaatan
Ku tengadahkan kedua belah telapak tangan dengan penuh pengharapan
Ku sisipkan harapan keasabaran, keberhasilan mendidik anak bangsa dalam lelafal kebajikan dengan penuh ketulusan
Ku kerahkan berjuta kepasrahan hingga tiada lagi yang tersisa

Karena Allah,
Gapai mahabbah suci-Mu adalah yang terindah


AKU GURU

Aku adalah seorang guru
Profesi yang aku cita-citakan semenjak kecil dulu
Profesi yang selalu menghiasi lelangkah harianku
Profesi yang akan menentukan masa depanku hingga akhir hayatku

Katanya,
Guru adalah pengajar ilmu hitung dan kata
Guru adalah pendidik ilmu bajik dan bijak
Guru adalah pekerja berterima gaji seadanya di tanggal muda
Guru adalah pahlawan walau tanpa tanda jasa

Nyatanya,
Guru adalah pengajar berumuskan ikhlas dan kemulyaan
Guru adalah pendidik bersuri tauladankan ilmu dan iman
Guru adalah pekerja bergajikan keridhoan di hari kemudian
Guru adalah pahlawan bertanda jasakan ampunan
Guru adalah ulama berkampung halamankan surga yang menawan

Makanya,
Aku tulus menjadi guru bagi semua anak bangsa
Aku ikhlas berjuang demi kemaju-jayaan negara
Aku rela berkorban hingga titik darah penghabisan
Karena, bagiku, cinta Allahlah akhir tujuan


INI SEKOLAHAN

Jika kau tanya aset apa yang paling berharga di kampungku
Sekolahan itulah jawabnya
Jika kau tanya alasan apa yang ada dibenakku
Ke sanalah kau kan temukan jawabnya  
Bukan lewat aku
Tapi kau sendirilah yang akan menjawabnya

Kau kan bertanya ‘Inikah sekolahan?’
Reot bentuk bangunannya
Lapuk dinding kayunya 
Berlubang-lubang atapnya
Hilang kokoh meja kursinya
Hilang identitas warna papan tulisnya

Kau kan menganalisa ‘Ini sekolahan.’
Ada papan nama yang terpancang walau telah usang
Ada guru yang siap menyeru ilmu walau berkesejahteraan semu  
Ada murid yang siap berjibaku sulit walau sarana prasana terbatas, sedikit 

Kau kan berseru menjawab ‘Inilah sekolahan!’
Cita-cita besar ada di almamaternya
Kemulya-bijaksanaan ada di setiap perangai gurunya
Masa depan gemilang ada di setiap suka duka muridnya


DERMAGA IMAN DAN ILMU

Di saat nafas kehidupan memenuhi sudut-sudut pagi yang merona
Hingar-bingar setiap insan yang berjibaku kesibukan
Hiruk-pikuk berkasta kendaraan yang berpacu waktu
Sabar Ibu pertiwi lama tersakiti, terhianati menanti masa depan gemilang bersemi
Di sinilah,
Di bawah gerbang akhlakul karimah
Atas nama cinta pada negeri sepenuh hati
Ku bingkai senyum, ku tata sapa, ku untai kata
Demi menyongsong semangat langkahmu
Wahai pemilik asa yang bergelora
Wahai pewaris negeri yang dinanti
Wahai pemimpin masa depan yang digadang

Selamat datang anakku,
Inilah megah dermaga iman dan ilmu yang berpadu
Di mana negeri ini berharap, menanti sang pembaharu  
Temukan bahteramu yang bernahkodakan iman yang menawan
Karena iman adalah jalan kebijakan bagi bangsa meraih kemulyaan
Arungi luasnya samudra ilmu yang biru
Karena ilmu adalah kunci kebajikan bagi negara berperadaban
Jangan takut dasyat badai yang menerpa
Karena ia tercipta untuk menempa tegarnya jiwa
Dan tegarnya jiwa adalah ruh bagi negeri yang berketahanan
Jangan takut besar gelombang yang menerjang
Karena ia tercipta untuk menempa tangguh, teguhnya jiwa
Dan tangguh, teguhnya jiwa adalah ruh bagi negeri yang terselamatkan
Jangan takut seram karam yang mengancam
Karena ia adalah kemustahilan bagi insan yang berpunya berjuta asa
Dan asa adalah ruh bagi negeri bermasa depan gemilang
Dengar anakku,
Mendidikmu adalah jalanku mencitai negeri
Meraih cita-asamu adalah bukti baktimu pada negeri

Mari anakku,
Mari jadikan jiwa padamu negeri realisasi pelipur lara bagi ibu pertiwi yang lama tersakiti, terhianati


LELAP SANG GURU

Manja peraduan menyapa, menawarkan pelepas lelah yang menggairahkan
Kantuk menyergap, menyandra kesadaran, membius lumpuh urat saraf
Pasrah jiwa raga menanti keniscayaan
Hanya asa berikan cerecah harapan semangat mendidik anak bangsa lebih baik esok dan lusa
Melipurlah dzikir menjelang negeri awang-awang






Puisi-Puisi Hajirratul Qud Siyah

Hajirratul Qud Siyah, Pekerjaan Mahasiswa, HP, 085362700880, Email hajir2th@yahoo.co.id





WARNA-WARNI PELANGI

Warna-warni pelang nan indah
Ia menjadi hiasan penyempurna dunia
Bercampur dengan warna mega-mega
Yang melintang panjang di angkasa
Hatiku mulai bertanya-tanya
Apakah semua ini hanya fatamorgana belaka
Yang tak pasti keberadaannya
Ku renungi keajaiban yang ada
Ternyata semua ini berupa keajaiban yang nyata
Namun akhirnya telah ku sadari
Inilah ciptahaan tuhan maha kuasa yang berbentuk seni
Ku terkagum dengan ke indahannya
Sebuah ciptaan yang tiada bandingannya
Tuhan……..
Engkaulan yang maha kuasa
Sang maha pencipta yang bijaksana
Yang menciptakaan alam dan se-isinya dengan sempurna


NEGERIKU YANG TERCINTA

Negeriku yang tercinta
Sebuah tempat hunian yang sempurna
Sebuah tempat yang penuh panorama ke indahaan layaknya surge
Yang tidak ada pada negeri lainnya
Namun negeri ini tak membuatku bahagia
Negeri yang dikatakan orang bertanah surga
Akan tetapi insan yang hidup disana senang berdusta
Dan kini ku tak tahu berbuat apa
Pikiranku melayang terbang
Dibawa oleh hembusan angin yang bertiup sendu
Melayang dengan penuh rasa tanda tanya ini
Meraba-raba jiwa tuk mencari kebahagian hakiki
Kini……
Hidupku hanya diperuntukkan melawan dunia
Melihat dunia nyata dengan penuh keyakinan jiwa
Menjadikan hidupku berguna dikehidupan kedepannya
Ku harus tetap mengerti
Semua warna-warni negeri ini harus ku jalani
Dan ku mencoba tuk membangun negeri ini dengan sebuah mimpi suci
Agar kehidupan yang ada lebih berarti


DALAM UNTAIAN WARNA

Tetesan tinta suci memberikan warna setia
Membuat warna-warni lainnya menjadi nyata
Memberikan naungan suci nan indah
Tuk penyempurna warna-warna lainnya
Seperti halnya kehidupan yang nyata
Insan satu menjadi penolong insa lainnya
Memberikan jiwanya tuk bersatu
Manjadikan hidupnya tuk saling membantu
Namun……
terkadang tetesan tinta itu terlihat buruk dengan lainnya
ketika warna yang ia isi tak sesuai dengan keadannya
dan akhirnya menjadikan kertas itu hina
Hidup tak selama indah
Kadangkala ada rintangan yang menerpa
Ketika insan yang suci dihina oleh insan lainnya
Maka jiwa yang teguhpun terkadang luluh lanta
Iniliah rupa warna-warni tinta
Tak jauh berbeda dengan kehidupan nyata
Yang dapat mengubah segala dalam sekejap mata
Dan tetap pada dasarnya
Agar menjadikan hina itu mulia


SERPIHAN CINTA TUK NEGERIKU

Jalan hidup ini berupa urain cerita
Yang pada dasarnya mencari cinta
Dan semua itu berawal dari ungkapan kata
Sebuah ungkapan yang membangkitkan jiwa
Ialah cita-cita mulia tuk menjalani hidup di dunia
Ku jalani kehidupan yang penuh rintangan
Liku-liku jalan terjal terus menghadang
Walaupun itu semua bagai ombak yang menghadang
Kehidupanku sudah terlukiskan tuk menantang
Pada akhirnya ku sadari
Inilah kehidupan yang penuh rintangan
Kini……
Ku berdiri di antara kesunyian malam
Meratapi diri dari apa yang terjadi
Meraba-raba jiwa yang masih terbawa oleh mimpi
Yang tak mengerti arti dari sebuah kehidupan
Kadang kala ku berpikir sendiri
Tentang kehidupan yang telah ku lalui
Dikesendirian ku berdiri menatap indahnya mega-mega yang tinggi
Sambil mencoba kembali tuk meraih mimpi
Ingin rasanya ku melihat negeri ini makmur sentosa
Dan jika akhirnya mimpi-mimpiku menjadi nyata
Kecintaan hati ini akan turut ikhlas membangun negeri tercinta
Sambil menikmati masa depan yang cerah di negeriku Indonesia


PENDIDIKAN TIADA BANDING

Suasana senja sore hari membuatku terlena
Terlena oleh kehadiran dirinya
Menjadikanku terpana akan keindahan yang menyelimutinya
Menyaksikan ia bersinar cerah di angkasa
Tiba-tiba hati ini teringat akan sesuatu
Yaitu seseorang yang dulunya berada disisiku
Menemani hari-hariku dengan penuh cinta dan kasihnya
Menjadikanku seseorang bijaksana
Dialah malaikatku di dunia
Seorang malaikat yang baik hatinya
Seorang malaikat yang setia
Dialah ibuku tercinta
Kehidupankupun di isi olehnya
Membimbingku dengan penuh kesabaran cinta kasihnya
Mengarahkanku untuk mempelajari ilmu dunia yang kaya
Agar hidupku berharga di masa depan yang cerah nantinya
Kini ia telah tiada
Dan harapanku ingin hidup lebih lama dengannya telah sirna
Ia pergi meninggalkanku dengan harapan yang ada
Berharap agar aku mampu menjalanni kehidupan dunia
Ibu……..
Kaulah malaikatku sang pemberi pendidikan tiada bandingannya



Senin, 10 Juni 2013

Puisi-Puisi Misnama

MISNAMA.LahirdiSumenep, 06 Maret 1996.Santriwati PP. Al-Huda Gapura yang saat ini duduk di kelas XI MA. Al-Huda. Aktif mengikuti kajian dan penulisan sastra sejak dirinya bergabung dengan Sanggar 7 Kejora Al-Huda. Memenangkan beberapa ivent cipta puisi dan cerpen diantaranya: juara I Lomba Cipta Cerpen Class Meeting se-Timur Daya (2010), juara I Lomba Cipta Cerpen Tingkat SLTA se-Kab. Sumenep yag diadadakan sanggar Batton (2013). “Tanpangantanan” adalah judul puisinya yang dinobatkan sebagai puisi terbaik dalam antologi Siniopsis Pertemuan (Al-Huda Press, 2012). Puisi dan cerpennya masuk dalam bunga rampai Dua Arus (Kumcer, 2013), Sinopsis Pertemuan (Puisi, 2012). Berdomisili di PP. Al-Huda Gapura Timur Gapura Sumenep 69472. Phone : 081939488118. E-mail qfithr@yahoo.co.id.


LIMA TAHUN 

Yang tercipta lima tahun yang lalu 
aku mengenalmu
dengan kamboja ungu
pada suatu waktu ketika kita 
bertukar sapa di sepetak sawah itu
kutemui jasad senja
kaku dalam gerimis yang jatuh
di mataku
menanggalkan basah hatimu
pada pertemuan terakhir dulu.

Fie, pada kemarau panjang
yang merah
tak ada gerimis 
yang lagi mecipta waktu
dan tahun-tahun yang gugur
begitu saja
di dadaku mengering 
dalam rindu
sampai musim semi datang
desau angin berbisik pelan
melarungi akar hujan
ke dasar musim yang silam
tentang dirimu yang kutemui 
menjelang petang.

Dan rindu itu, Fie
rindu yang sempat 
menggugurkan tahun-tahun lalu
bersama waktu 
yang selalu gagal 
kumenangkapnya
kembali menjadi akar-akar 
yang terus berserabut 
ke dasar hati
bahkan di hulu jantungku
ada beribu bunga seperti
bungamu yang ungu
di hatimu.

Pangabasen, 09 Februari 2013


GU-TOGU 

Pagi, ketika kabut masih
mencipta kata
dalam gelembung embun di bibir
daun pagi yang hijau
aku menjaga detak ranumnya 
yang dipatuk sebagain pipit merah
sebagaian masih menggeliat
di antara kembang kelapa
sebagain masih bernyanyi mengikuti 
siul angin
dan teriakan daun siwalan.

Sampai cahaya
yang digenggam matahari
menumbuk mataku di sini
dan aku menemui lincak kecil
tempat ibu melakukan
gu-togu sambil menggetarkan
detak jantungnya pada 
wayang yang sengaja 
ibu tempatkan
di antara ranum padiku
sebagai ritual bisu seperti sangkaku
sesekali melempar kalimat
yang selalu kubulatkan
sehabis subuh menyeusup 
ke dalam hatiku
serupa gempelan tanah liat
di perut ketapel ibu
yang digenggamnya
dengan erat untuk berjaga-jaga.

Setelah itu aku mengelilingi sawahku
barangkali burung-burung
dalam kekhawatiranku
masih mengintai di situ
dan diam-diam 
mematuki kata demi kata
yang tercipta tadi pagi

Bila demikian
segera kupunguti
di paruh angan
agar bila orang-orang
di sekelilingku riuh 
dengan bunyi bambu
maka di sawahku riuh 
dengan puisiku.

Tamidung, 18 April 2013


LELAKI PENARI

Lelaki penari malam
bila hatimu nanar
di mata malam
dan mataku teramat perlu
untuk kau rayu agar terang
pahat itu bintang
agar tubuhku tak lagi kekal 
mengukir kegelapan.

Lelaki penari malam
sambil kubakar kemenyan
di raut rembulan
aku menemuimu dalam malam
yang panjang
membawa mata terang.

Sampai litu tubuhmu yang legang
dan hentakan kaki telanjang
mengikuti asap kemenyan
larut dalam nyanyian malam
di puncak kesunyian.


Pangabasen, 07 Maret 2013

SEUSAI HUJAN

Aroma tanah dan dingin hujan masih berkeliaran memasuki tubuhku. Mengetuk bulu kuduk dengan suara dan sentuhan paling lirih malam itu, malam yang terus menghitung detak daun-daun di dadaku. Serupa meniran di matamu yang mengetuk jantungku.

Pangabasen, 28 April 2013


SIMPANG TIGA DOA

1.
Mari anakku,
mari ibu tuntun menuju tepi
yang tak pernah sepi 
dari labuh perahu
sebab di situ, sebelum engkau
bangun dari riuh mimpi pilu
ibu menyediakan dzikir baru
untuk bekalmu
berupa gelembung rindu di mata ibu

2.
Bila tubuhmu lelah 
melarungi samudera
segera rangkul gulungannya
dengan dada terbuka
biar ombak melantakkan serapuh nyawa
dan tubuh ibu memar luka
ileh lokan petapa
itu tak apa
sebab buih yang tumpah
itu bocah tasbih penutur
mantra kata

3.
Atas nama doa yang tak pernah tua
ibu rampungkan di sini
agar sebelum matahari menua
engkau telah tiba dan mendapati
detak kelahitan 
dan kematian
yang tak pernah tiada


Pangabasen, 30 April 2013




  

Puisi-Puisi Satriawan Susanto

Satriawan Susanto, yang lahir tepat pada tanggal 11 Juni 1997. Saya bertempat tinggal di Jl.Perintis Kemerdekaan No.33 , Banjar Patroman , Jawa Barat. Saya adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Saya mulai mengenal kegiatan menulis karena kakak  kandung saya yang menyuruh saya untuk menuangkan ide tentang tulisan. Awalnya saya acuh dan menolak, semua itu dikarenakan saya merasa kurang mampu untuk mengimbangi penulis-penulis lain. Tetapi, pada akhirnya saya pun menuruti apa yang sudah dikatakan oleh kakak saya, sehingga saya memulai kegiatan menulis sejak bulan Januari 2013 lalu. Bagi yang membutuhkan atau ingin tahu info tentang saya, bisa hubungi  No.Hp 085701040295 dan e-mail saya satriawansusanto@yahoo.com


ILMU DASAR SEORANG SENIMAN


Kutarik nafas….

Mungkin ku tak sadar telah didominasi oleh tulisan seorang seniman

Ingin kurengkuh aksara-aksara matematika yang merotasi isi kepala

Kemudian ku tanam sebagai kemangi dalam setiap sarapan sehari-hari

Agar dunia tahu, bahwa esok aku berusaha menampilkan jutaan prestasi


Setiap pagi kutatap arloji dan menunggu lonceng berbunyi

Ku bayangkan ilmu fisika dan kimia tanpa rayu seni

Takkan muncul angka-angka yang berbaris rapi

Dan suara genta tembaga akan berselaras dengan nada sunyi


Zebra-zebra di televisi menguatkan tajuk  pemikiran selanjutnya

Warna hitam-putih menorehkan tanda tanya untuk seni purbakala

Akhirnya ku berfikir…..

Rasio alam tidak lepas dari kreasi seni Sang Pencipta

Yang memberi kesempatan untuk berkarya pada kolong tata surya 



PANGGUNG BERSINDIKAT SKENARIO


Rajawali hitam menari lincah dibawah panas teriknya kemarau

Dibawahnya tampak anak kecil termangu pada isi kota asing

Entah siapa yang menaruh kata-kata di bawah lukisan  gradasi biru

Menambah kesan eksotis pada bidang datar berdimensi dua

Apakah pelukis ataukah pujangga?

Keduanya bersama-sama mengarungi mega-mega dunia



Panggung-panggung mulai dipenuhi laga bersindikat skenario

Entah kenapa…..

Lidah-lidahku terhempas pada bagian melankolis  alur cerita

Tertusuk beban derita aktor utama di serial percintaan

Sampai akhirnya aku termangu….

Dan menuai proses pada sirkulasi baling-baling kehidupan



Kurengkuh bongkahan kata untuk melahirkan suatu antologi

Berprinsip pada analogi, kuserahkan dadu-dadu keberuntungan

Dan kukerahkan fokus pada seni yang terselubung makna pendidikan

Apakah melankolis dan puitis itu?

Siapakah aktor-aktor yang membayar para pujangga?

Sehingga lahir buku-buku ilmiah   yang menampung aspirasi baru



PENARI ATAU MOTIVATOR?


Kemampuan berdiri sang penari membuat tawa geli sembari kagum

Ego masing-masing  seolah melupakan sejarah masa lalu tak berdaya

Semenjak ayah dan ibu menjadi suara akan hadirnya realita anak dan orang tua

Mengajakku untuk bersama menaungi diri di sekolah seni ternama

Seandainya mereka tak memilih lajur utama yang kulalui

Mungkin lagaku hanyalah angan-angan belaka



Panggung megah membujuk rayu semangat juang lewat angin sorak-sorai

Panji yang tertancap kuat menorehkan kesan  untuk para penggemar

Audiensi lekas bergegas membocorkan rahasia kegigihan sang idola

Melalui pers dan wawancara kubeberkan jelas setiap karya

Seolah kubawa panggung ini sampai ujung dunia



Manula sampai anak kecil tersenyum melihat aksi jenaka penguasa sanggar

Angin berhembus di setiap gemuruh yang dibuat sistem suara dari mikrofon

Tak heran bila kreasi berasal dari sandiwara yang berakhir dengan gelar motivator

Dan menjadi agenda untuk lomba kreatifitas bertajuk pendidikan



SAMPAI PENA DIKENANG


Pelatuk pena-pena terbaik mengawali garis awal sebuah margin

Taringnya menusuk poros inti sebuah jerami yang jadi kertas 

Lembarannya diresmikan oleh seniman yang bergelar redaktur

Diproduksi sebagai sastra runtut yang membuka rahasia dari misi tinta



Garis keras penulis akan membusung tepat dibagian hati yang hilang

Terbelenggu, hanya akan memakan waktu yang diberikan Sang Pangeran

Berkreasi tidak butuh kondisi terang benderang

Opini pun tidak dibatasi oleh suasana akan kepahitan

Satu kalimat besar muncul  membungkus segmen  permasalahan…

Diperlukan kemauan untuk belajar meraih sekat-sekat pengalaman



Ku berlari tanpa menginjak rem di persimpangan

Tak gentar tetap ku berfokus sebagai konstanta bukan variabel

Prinsipku jelas…

Menggoreskan pena pada buku-buku pelajaran

Dan berakhir sampai namaku dalam pena dikenang


Warisan Keseimbangan Pendidikan Dan Kesenian

Nenek moyang menaruh impian pada kesenian yang diberikan

Akan ku jaga kelestarian estetika api budaya yang menggelora

Menggetarkan seluruh jiwa dan raga dari tembang-tembang lawas

Menuntut keseimbangan terhadap pendidikan yang mengandung kualitas



Warisan turun-temurun menarik proyek prosedural penelitian

Memaksa keraguan mencari tahu arti pengetahuan setiap zaman

Termasuk  bisikan-bisikan para wayang tuk menjemput paksa para majikan

Dan meminta uang pada juragan dalam setiap pementasan malam



Bilangan desimal dan pecahan akan dikombinasi untuk aktivasi tengah

Keringatku bercucuran kala kembali mengingat kata demi kata

Lagu-lagu daerah menjadi sosok dari generasi terdahulu

Sampai akhirnya menjadi refleksi untuk dijadikan mata pelajaran baru



WARISAN KESEIMBANGAN PENDIDIKAN DAN KESENIAN


Nenek moyang menaruh impian pada kesenian yang diberikan

Akan ku jaga kelestarian estetika api budaya yang menggelora

Menggetarkan seluruh jiwa dan raga dari tembang-tembang lawas

Menuntut keseimbangan terhadap pendidikan yang mengandung kualitas



Warisan turun-temurun menarik proyek prosedural penelitian

Memaksa keraguan mencari tahu arti pengetahuan setiap zaman

Termasuk  bisikan-bisikan para wayang tuk menjemput paksa para majikan

Dan meminta uang pada juragan dalam setiap pementasan malam



Bilangan desimal dan pecahan akan dikombinasi untuk aktivasi tengah

Keringatku bercucuran kala kembali mengingat kata demi kata

Lagu-lagu daerah menjadi sosok dari generasi terdahulu

Sampai akhirnya menjadi refleksi untuk dijadikan mata pelajaran baru