BIODATA:
Eddie MNS Soemanto lahir di Padang, pada 4 Mei 1968. Saat ini, sejak tahun
1994, bekerja di sebuah perusahaan otomotif AUTO 2000 di Padang, yang
mana beberapa tahun sempat pindah di Jakarta bekerja di perusahaan yang sama.
Puisi-puisi tergabung dalam antologi Rantak 8 (Teraju Padang, 1991), Rumpun
(Taman Budaya Sumbar, 1992), Kebangkitan Nusantara II (Malang, 1996), Slonding
(Selakunda Bali, 1998), Puisi 1999 Sumatera Barat (Dewan Kesenian Sumbar,
1999), Narasi 34 Jam (KSI, 2001). Dialog Taneyan Lanjang (Bunga Rampai Majlis
Sastra Madura, 2013). Kumpulan Puisi tunggal bertajuk Konfigurasi Angin (Citra
Budaya Indonesia, 1997). Selain menyenangi puisi, juga menyukai cerpen dan
hal-hal berbau plesetan. . Hape 0812 670 84384, pin 225783BA. Email: ed.soemanto@ymail.com
MALAM
TAHUN BARU
bulan tumbuh dari tempat yang sama
senyum bintang masih seperti kemarin
tapi pengharapan tetap harus berbeda
membangun impian dari rongsokan
kata-kata, kalimat-kalimat nujum
serta kenangan yang saling berhimpitan
serupa paus yang terkurung beribu tahun
menebak-nebak penjuru mata angin
kotbahmu yang panjang tentang dunia
kadang menyesatkan bayi-bayi domba
yang tak sengaja lahir dari tumpahan cendawan
dan luapan cahaya: kita masih mematut-matut diri di keretakan cermin waktu
keniscayaan serupa keberuntungan tumplek dari surga, katamu. berulang-ulang dituliskan sebagai harapan dalam kitab-kitab
Padang, 31.12.2012
------------------------------ -------
TELAH AKU SIHIR
tak kusangka telah kusihir rupamu
aku menduga akan meleburkan kisi-kisi malam
jalan setapak menuju rumahmu: kota disesaki gambar-gambar palsu. poster-poster palsu
dan pasar ditumpahi kaki lima. kalimat-kalimat obral, bahasa-bahasa iklan di trotoar: dijaja bersama kebohongan
tak kusangka telah kusihir segala hasratmu
rupa-rupa . dan juga iklim pancaroba yang hitam
aku ternyata tersesat oleh warna laut
yang kau bentangkan dalam mimpiku
tak kusangka begitu lekas usia menjadi layu
bunga-bunga mencatatkannya dalam pot tanah yang lupa kau sirami
di situkah aku menuju: rumah tak berpintu
Padang, 10.1.2013
------------------------------
KUBACA RIWAYAT
kubaca riwayat kontrak para burung
yang menghuni cakrawala: kutemu kau menggotong merek-merek dagang
etalase yang kau pindahkan dalam hati
tak kah kau sandingkan aku di sana?
kubaca silsilah hutan-hutan yang kausuburkan di ranjang
bagai batu, semedi berkepanjangan dalam luasnya haribaan
tak kau sebut sebagai keletihan?
lalu semuanya memudar. kita masih. mencari-cari ibu kandung kebenaran
sambil memukul-mukul lonceng
kematian di setiap magrib
Padang, 15.1.2013
------------------------------ ------
KUGALI MIMPI
kugali-gali sendiri mimpi
tak kunjung kubaca riwayat pohon
yang kau tebang. hanya bahasa isyarat gergaji dan cinshaw yang kutemui
anak-anakku menggambar pohon tumbang itu
pada dinding kamar
tak ada burung di situ. juga marmut hanya ilalang kering. tumpahan serbuk-serbuk kayu
lelehan matahari yang memerah
juga mimpi nyaris semaput
kugali-gali sendiri. bangkai pohon
ceceran daun-daun tua dan kelabu menjadi timbunan sampah dalam kepalamu
juga tak ada akar yang menjuntai
yang menyambungkan kegelisahan kita dari menit ke menit
pada matamu tinggal doa-doa lusuh dan mengkerut
tapi terus kau ucap dalam mulut yang mendidih
lalu berharap musim-musim menumbuhkan gerimis dalam mimpi itu
Padang, 31.1.2013
------------------------------ -------
IBU KESEDERHANAAN
cinta yang membusuk
akar pada pohon. bunyi pada kendang
adalah kesetiaan. zatmu yang bertaburan dari semesta: tanpa batas
adalah ibu untuk kesederhanaan
juga kesengsaraan daun-daun yang dirontokkan angin ke pojok halaman
aku menangkap suara hujan dari matamu
berwarna abu-abu. dan aku menuju jalan panjang
bulan tumbuh dari tempat yang sama
senyum bintang masih seperti kemarin
tapi pengharapan tetap harus berbeda
membangun impian dari rongsokan
kata-kata, kalimat-kalimat nujum
serta kenangan yang saling berhimpitan
serupa paus yang terkurung beribu tahun
menebak-nebak penjuru mata angin
kotbahmu yang panjang tentang dunia
kadang menyesatkan bayi-bayi domba
yang tak sengaja lahir dari tumpahan cendawan
dan luapan cahaya: kita masih mematut-matut diri di keretakan cermin waktu
keniscayaan serupa keberuntungan tumplek dari surga, katamu. berulang-ulang dituliskan sebagai harapan dalam kitab-kitab
Padang, 31.12.2012
------------------------------
TELAH AKU SIHIR
tak kusangka telah kusihir rupamu
aku menduga akan meleburkan kisi-kisi malam
jalan setapak menuju rumahmu: kota disesaki gambar-gambar palsu. poster-poster palsu
dan pasar ditumpahi kaki lima. kalimat-kalimat obral, bahasa-bahasa iklan di trotoar: dijaja bersama kebohongan
tak kusangka telah kusihir segala hasratmu
rupa-rupa . dan juga iklim pancaroba yang hitam
aku ternyata tersesat oleh warna laut
yang kau bentangkan dalam mimpiku
tak kusangka begitu lekas usia menjadi layu
bunga-bunga mencatatkannya dalam pot tanah yang lupa kau sirami
di situkah aku menuju: rumah tak berpintu
Padang, 10.1.2013
------------------------------
KUBACA RIWAYAT
kubaca riwayat kontrak para burung
yang menghuni cakrawala: kutemu kau menggotong merek-merek dagang
etalase yang kau pindahkan dalam hati
tak kah kau sandingkan aku di sana?
kubaca silsilah hutan-hutan yang kausuburkan di ranjang
bagai batu, semedi berkepanjangan dalam luasnya haribaan
tak kau sebut sebagai keletihan?
lalu semuanya memudar. kita masih. mencari-cari ibu kandung kebenaran
sambil memukul-mukul lonceng
kematian di setiap magrib
Padang, 15.1.2013
------------------------------
KUGALI MIMPI
kugali-gali sendiri mimpi
tak kunjung kubaca riwayat pohon
yang kau tebang. hanya bahasa isyarat gergaji dan cinshaw yang kutemui
anak-anakku menggambar pohon tumbang itu
pada dinding kamar
tak ada burung di situ. juga marmut hanya ilalang kering. tumpahan serbuk-serbuk kayu
lelehan matahari yang memerah
juga mimpi nyaris semaput
kugali-gali sendiri. bangkai pohon
ceceran daun-daun tua dan kelabu menjadi timbunan sampah dalam kepalamu
juga tak ada akar yang menjuntai
yang menyambungkan kegelisahan kita dari menit ke menit
pada matamu tinggal doa-doa lusuh dan mengkerut
tapi terus kau ucap dalam mulut yang mendidih
lalu berharap musim-musim menumbuhkan gerimis dalam mimpi itu
Padang, 31.1.2013
------------------------------
IBU KESEDERHANAAN
cinta yang membusuk
akar pada pohon. bunyi pada kendang
adalah kesetiaan. zatmu yang bertaburan dari semesta: tanpa batas
adalah ibu untuk kesederhanaan
juga kesengsaraan daun-daun yang dirontokkan angin ke pojok halaman
aku menangkap suara hujan dari matamu
berwarna abu-abu. dan aku menuju jalan panjang
mantappppssss...... Mas Ed.
BalasHapussukses selalu