Rabu, 12 Juni 2013

Puisi-Puisi Rika Mayangsari

Rika Mayangsari, Nama Panggilan  Kaa/ Ika, Tempat Tanggal Lahi di  Jakarta, 15 Desember 1991, Alamat Domisili di Jalan Kramat IV Rt.009/010 No.17 Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan  Cipayung, Jakarta Timur 13810.Alamat Tinggal di Perumnas Waiheru Blok III, Ambon-Maluku,  Mahasiswa Jurusan Akuntansi dan Staf Administrasi Lembaga di Maluku, Mendengarkan musik (Easy listening  music, Japanesse and Pop Rock), Baca  buku (Simple book), dan Menjelajah tempat baru (Learn and Trying something  new). Ketika banyak bintang yang mulai menenggelamkan sinarnya, sisihkan sedikit  sinarmu untuk membangunkan mereka dari keraguan bahwa “keajaiban itu  masih ada” dan bersiaplah untuk sesuatu yang tidak terduga Email Rhilup_naruto@yahoo.com.  Rika.amu15@gmail.com Telp 021-8488140/ 082113241175


UNTUK IBU

Penat lelahku bersandar di pundak lembutmu
Tangan halusmu mengusap peluh erak di keningku
Mengadu kesal berkicau masalah yang datang padaku
Terenyah tenang saat ku tangkap sorot matamu

Perlahan butir air mata meruak ke wajahku yang merunduk pilu
Teringat kenangan saat ku bermanja manis denganmu
Mengingat Khilaf dan kenakalanku saat remaja lalu
Maafkan aku ibu yang terkadang dulu tak menghiraukan dirimu

Ibu, ingin ku tuangkan kepedihanku ini
Ingin ku peluk erat dirimu saat ini
Saat terendahku tanpa dirimu kini
Saat pendewasaanku menghadapi masalah hari ini

Ibu, saat ku memilih jalan ini
Apakah engkau benar rela melepasku?
Seorang perempuan kecil yang hijrah untuk negeri
Membawa bekal budaya dengan ajaran dan nasihat darimu

Melangkah lambat saat ku teringat padamu
Mengamal tauladanmu saat mengajarku menjadi perempuan berilmu
Memasak, bersolek, hingga mengelola kasih sayang terhadap sesamaku
Menjadi bekalku saat mantap melangkah untuk keluar menjadi pribadi baru

Kini, ku menopang hidupku sendiri tanpamu
Mengusap air mata di tiap doa tertinggiku untukmu Ibu
Tergegap ku berkata dalam hati, Ibu aku sangat sayang padamu
Semoga Tuhan menyampaikan rinduku ini untukmu

Terkadang ilusimu membuatku berlinang air mata
Saat mengingat indahnya saat bersamamu dan keluarga
Aku tersadar, mengapa dulu aku sering mengacuhkan perintah bijakmu?
Namun inilah resiko hidup baruku dari keputusan yang sudah ku paku

Setiap sujud ku berdoa untuk kesehatanmu sekeluarga
Berharap engkau selalu tersenyum bahagia disana
Ibu, walau kita jauh terpisah kini
Kasih sayang dan doa darimu selalu membuatku kuat hingga hari ini


SEDERHANANYA HIDUP

Bangun untuk memulai harapan
Melihat untuk belajar
Berjalan untuk berjuang
Tertidur untuk bermimpi cita

Dalam sebuah kata “keterbatasan”
Elegi menyambut pahit sebuah “kehidupan”
Menyapa dengan “kesederhanaan”
Merangkul dalam sebuah “tantangan”

Sendiri terlihat ragu
Bersama kita kan maju
Mengubah takdir masa lalu
Dalam dendang kepada Sang Agung

Terkadang rapuh menyudut
Terkadang semu bertamu
Dalam balutan kehidupanku
Asa kupacu menderu

Tak peduli raga
Tak peduli harga
Citaku pada dunia
Akan kujadikan nyata

Walau bermodal secarik kertas putih
Berteteskan tinta hitam pekat tak bernilai
Berpeluhkan puluhan usaha tak ternilai
Hargaku padanya sudah mati

Kutempuhnya dalam setiap hari
Kuperhatikannya dalam setiap menit
Kepelajarinya dalam setiap hela
Agar kumengerti arti hidup yang sederhana.


RINDU RINJANI

Menggali  alam dalam subur alam raya
Menapak Senja di Pulau Seribu Masjid
Memesona negeri sebagai Lumbung Pangan Nasional
Memijak bumi tertatih, Rinjani

Bergeming dalam bisu
Berkumandang dalam mimpi baru
Asaku kurajut dalam  haru
Kugapai esokku yang kelabu dengan biru menderu

Cahaya elok membias di beningnya laut
Terpantul gambaran diri dengan sejuta rupa dalam tanya..
Haruskah ku tinggalkan dusun kecilku yang menawan
Untuk menapaki rimba baru yang menantang,

Terseok ku rajut mimpi dengan benang asa
Ragu mengganggu, erak siap bergelayut dalam bahu  ini
Tertunduk memejam ku bersimpuh pada sang Pencipta
Mengharap benang asa tak memutus kala ku merajut mimpi

Sabit telah purnama, dan semi telah menanggalkan gugur
Melodi kehidupan menyambut anak sang Pribumi yang telah kembali dari rimba
Menawan sekitar bak permata cendekia yang mulia
Rinjani, aku kembali dengan harap baru membawa negeriku membahana dalam dunia

Dua perlima dekade sudah hijrah demi cita
Membawa Gaharu dalam lintas tersohor dunia
Dalam kado kecil nan indah dari Ibu Pertiwi nan Agung
Kini ku pulang dengan jutaan ilmu yang kupersembahkan utuh untukmu,
Rinjani.


PEJUANG KLASIK 

Sulung dari panca raga
Mengusap dahaga dalam dingin malam
Belajar dalam remang pinggir kota
Bersabar dalam hidup rela penuh suka cita

Malam kau belajar, siang kau bekerja
Merelakan remajamu untuk sebuah cita
Untuk mereka yang kau cinta
Dengan atau tanpa restu orang tua

Subuh masih terlalu dini untuk kau tapaki
Jalanan masih terlalu sepi untuk kau lewati
Namun kaki dan tanganmu terus bekerja dalam pagi yang sunyi
Menyapa dedaunan pagi untuk kau bersihi

Sabtu kau belajar dan membanting tulang di sawah
Minggu kau berladang juga membantu ayah membajak tanah
Senin hingga jumat kau menyapu jalanan dengan setia
Hingga malam menjemput kau masih juga mencari ilmu mulia

Peluh usahamu kau relakan untuk saudaramu
Hasil jerih payahmu kau gunakan untuk pendidikan adik-adikmu
Walau kini telah putih rambutmu
Walau kini semakin rapuh tulangmu

Aku yang jauh darimu
Mengais ilmu di negeri nan jauh
Ingin meneruskan usahamu yang dulu
Walau rindu terlalu menusuk di kalbu, Ayahku...  


BERTAHAN DALAM ERAK

Perlahan, dalam diam dia nyata
Dalam khusyuk bergeming dia ada
Terus berjalan menjaring sebagian nafasnya
Mengontaminasi sebagian harapan kecilnya

Sebuah anugerah tentang rasa
Sebuah ingatan tentang sebuah ujian
Menyudut dalam diri
Bersatu untuk melumpuhkan jati diri

Abstrak tak terlihat
Bersarang dengan jala-jala koma
Tertanda jingga telah kelabu
Dan rajut mimpi terhenti sejenak ragu

Tersadar waktu tak dapat berubah
Tertunduk pasrah memohon doa
Walau tertatih sendiri dalam dingin kota
Dan harapan telah tersamar realita

Tiba sudah kelabu menjadi kelam
Kardus jalan tak bertuan
Gadis kecil telah terbungkus kafan
Meninggalkan dunia dengan cita tak tergapaikan

Secarik kertas kutulis memori klasik
Tentang catatan kehidupan loper cilik yang teracik
Gadis kecil dengan senyum tertahan lesu
Bertahan dalam erak, melawan dengan ragu
Tersisa cita, duka dan alpa tentang sebuah keluarga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar