Sabtu, 08 Juni 2013

Puisi-Puisi K. Himawan Kunarto

K. Himawan Kunarto, mahasiswa dan penulis lepas kelahiran negeri di bawah dingin gunung Lawu, Magetan. No. HP : 08976824102, E-mail: carlheinztorgeveld@yahoo.com.




SUATU SORE

Suatu sore menjelang petang
ketika ku pulang dari berlatih opera
seseorang mendatangiku, seksama mengamatiku
lalu tiba-tiba mulutnya menyemburkan sebuah tanya
“Mau jadi apa kau latihan opera kayak gitu? Opera bisa jadi apa? Opera bisa dapat apa?”

Kuladeni tanyanya dengan jawaban mantap
“Aku ingin jadi manusia dan memanusiakan manusia lain. Hidup sia-sia, harta tak berguna, jika kau selalu merana dalam marabahaya fatamorgana dunia.”


REHAT

Hitam putih, hitam putih, hitam putih
Hitam diatas putih, putih tertindih hitam

Sudah saatnya pelangi mewarnaimu


PERLUKAH SENI?

Jangan melihat seni
Mereka bisa buat dirimu menjadi aneh
Jangan mendekati seni
Mereka kumpulan eksentrik penuh intrik
Jangan mendengar seni
Setiap katanya menyiratkan jebakan
Jangan mencium seni
Nanti kau keracunan
Jangan menyentuh seni
Bisa iritasi
Jangan menikmati seni
Lenakanmu!

*Hahahaha…
Tanpa seni tak ada bandingan bagi normal
Tanpa seni semua hanya kebosanan intrinsik
Tanpa seni kau takkan mengerti arti kewaspadaan
Tanpa seni siapa tahu ada racun
Tanpa seni orang tidak mengerti hati-hati
Tanpa seni manusia merobot

Perlukah seni?
Berapologi?
Pada masyarakat yang sudah mengerti?


PAK GURU, AJARI KAMI

Pak Guru,
ajari kami menggambar hati
Agar kami bisa mengerti
perasaan orang lain juga diri kami sendiri

Pak Guru,
ajari kami menggambar persegi
Agar kami mampu memahami
bahwa hidup mengandung sudut persimpangan dan lurusnya garis tepi

Pak Guru,
ajari kami menggambar segitiga
Agar kami membuka mata
pada kewajiban yang harus kami laksanakan nyata

Pak Guru,
ajari kami menggambar balok
Agar kami mengetahui elok
indahnya kerapian obyek yang mencolok

Pak Guru,
ajari kami menggambar limas
Agar kami lepas terbebas
dari belenggu yang terus membekas

Pak Guru,
ajari kami menggambar semuanya
Agar kami menjadi manusia
seutuhnya dan mampu memanusiakan lainnya


KITA BUTUH DINDING

Kita butuh dinding
agar mural-mural liar menjinak
Kita butuh dinding
pembatas kebebasan seni dan belenggu politik
Kita butuh dinding
agar seni tidak terkontaminasi modernitas getas
Kita butuh dinding
pelindung didaktis tembang anak terempiris
Kita butuh dinding
agar seni kembali dari masa juling
Kita butuh dinding
pendorong pelupuk mata manusia

Kita butuh dinding
kita butuh dinding
Dinding tembok manusia seni kaya makna
Empiris tersirat penuh pengharapan lekat erat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar