Rabu, 12 Juni 2013

Puisi-Puisi Nina Kirana

Nama lengkapku Nina Kirana. Sering menggunakan nama pena Kirana atau N. Kirana. Dilahirkan di Surabaya dan dibesarkan di Bandung. Lulus dari Universitas Padjadjaran jurusan Bahasa Jepang. Sangat menyukai seni dan kesufian, terutama seni bahasa, musik dan filsafat. Belajar dan terus belajar adalah sebuah keharusan bagiku. Beberapa karya pernah dimuat di majalah sastra dan antologi bersama.
Memiliki quote:
“ ~ menulis bagiku merupakan Tarian Ruh dan Jiwa.. tiap liuk lekuk gerakan jari-jemari ini memahat Huruf demi Huruf dan Bait-bait Nada dari Lirih Jiwa.. maka, mainkanlah Musikmu dan Menarilah ..!! ~ N. Kirana” 
Memiliki blog: www.lukisanmalam.blogspot.com dan www.lukisanmalamku.blogspot.com 
Dapat dijumpai di facebook: www.facebook.com/AkuDanLukisanMalam
Email: qrana.qrana@gmail.com
Nomer Hp: 081809882010


ANAKKU (1)

Anakku,

Engkau pulang dengan membawa siang yang terserak di antara kemeriyap butir-butir keringat pada terjal keningmu
Dan tas yang menggelayut lelah di punggungmu nampak melambai-lambai pelan seiring dengan langkah-langkah mungil kakimu yang datang menyapaku

Pada punggung penatmu tersandar tubuh gitar yang selalu memahat lesung manis di pipimu
Gitar sederhana yang sangat kausayang meski tubuhnya kian menyenja di tapal waktu

Teruslah berjuang, Nak,
biarkan Dia mendekap erat dirimu

ANAKKU (2)

Senja masih belum jua pudar saat denting dawai gitarmu melumat sebuah kesunyian
Sesekali kaucoba merangkai impi dengan mengukir not demi not hatimu pada lembar kegelisahanmu
Terbaca jelas di riak telaga matamu saat jiwamu menyanyi, binar itu nampak benderang menari


SANG PENARI (1)

Malam Jum’at, pekatnya kian sempurna, namun panggung terlihat semakin ramai, tak peduli dengan gulita langit yang kuat mencengkeram
Di kejauhan suara gamelan menyelinap kegelapan malam
Sosok gadis berkulit kuning langsat terlihat hanyut dalam liuk liku gemulai
Matanya terkadang setengah terpejam
Balutan kain setengah dada dengan selendang merah melingkar pada jenjang leher,
jelita, membuat hati tercekat berebut tempat
Sesekali didekatinya kerumunan mata-mata liar, sorak-sorai terdengar riuh membahana. Dan gadis itu melempar senyumnya
‘Kamu memang pandai sekali menari, Ratih. Siapa pun yang melihatmu menari, pasti seolah lupa diri.’
Waktu terhempas pada ujung malam
Suara gamelan pun berhenti berdendang
Sang penari belia siap melepas penat dan menjemput matahari cita

4. SANG PENARI (2)

Langit biru dengan jutaan kisah, tegap berdiri, menanti setiap diri teteskan peluh demi impi
Lari-lari kecil seorang gadis berkisah menjejak tanah
Kembali ke bangku tua sekolah meski semalam lelah meronggeng di kampung sebelah


5. BIARKAN AKU

Terik matahari teramat panas, menyayat tanah dan kelopak mata
Kita menatap waktu dan keluar di dalamnya
Berulang kali mencumbu detik dan menit serupa rangkulan detik kesepian
Mungkin memang ke akhir senja ku harus menjahit asa
Hidup menyanyi di ganasnya jalan sebab ibu tak mampu membawaku sekolah
Hingga bagimu aku hanyalah lumpur-lumpur sunyi pada gunung-gunung sampah


Bandung, Juni 2013








Tidak ada komentar:

Posting Komentar