Selasa, 04 Juni 2013

Puisi-Puisi Erwin Yohanes

Saya adalah Erwin Yohanes , anak kedua dari 3 bersaudara. Saya dilahirkan di kota Banjar Patroman tepat pada 3 Mei 1994. Saya mempunyai hobi bulutangkis dan bernyanyi sejak saya berumur 7 tahun. Pada tahun 2012 saya telah diterima di Universitas Atma jaya Yogyakarta dengan program studi Manajemen. 

Sejak saya duduk di bangku SMA, orang tua saya selalu mengajarkan saya untuk mengeluarkan ekspresi melalui tulisan. Entah faktor apa yang membuat saya bersemangat dalam hal menulis. Saya harap agar tulisan-tulisan saya dapat dipahami dan menjadi langkah awal saya untuk mengekspresikan diri.
            
Untuk info lanjut tentang saya (dengan percaya diri) pembaca bisa menghubungi penulis di nomor 081325749977 atau email melalui Unreal_wyne@yahoo.com


KESENIAN BERMODUS PENDIDIKAN

Berawal dari revolusi hipotesis para pakar ilmuwan
Keterampilan tertuju pada reinkarnasi otak kiri dan kanan
Publik tertegun sembari mengapresiasi budaya kesenian
Seniman tertarik  merotasi akal dalam bidang hitungan
Guru-guru sadar tuk  menerapkan aspek hiburan
Siswa-siswi terkagum kala berhasil tertawa bersamaan

Pementasan terjadi untuk mengibarkan tradisi kedaerahan
Bermodus pendidikan yang bernuansa keindahan para seniman
Tak diragukan lagi dari variasi-variasi  yang dianggap penelitian
Terlahir pelaku-pelaku baru tuk berambisi didunia penuh kreasi

Terlansir kabar dari buku-buku kelas kakap yang terjual dipasaran
Segudang perjalanan dijadikan seseorang sebagai sebuah pengalaman
Sejuta keceriaan melahirkan angan-angan  yang disebut khayalan 
Segudang ide membentuk kultural kental untuk siap berkompetisi
Generasi pendatang menyuarakan siaga satu dalam menjalankan misi
Mengorientasikan seni dalam diri tuk berbaur dengan sejuta prestasi


KOSA KATA BERKODE MORSE

Pelan-pelan kami melangkah pada kabut bertanda bahaya
Mata ini tak berdaya tertumpas angin dari utara
Kami coba melukiskan gurauan canda sekilas tawa
Walau melompat jauh setiap arti dari makna kata
Kami berserah pada diksi yang terus kami coba

Kami buat luncuran api dalam kompetisi putra-putri sang dewi
Gejolak derita panas yang membakar cita kreasi seni
Menusuk jemari hingga darah bercucuran cat dan tinta
Mentransfer sel-sel dari jaringan otak dalam sebuah kanvas
Menyerukan nama didikan tuk sebuah citra utama dalam pentas

Suluh ini kami tanam dalam pekat malam ber-cover  bintang
Mencari makna tulisan-tulisan kuno yang terletak pada sang rembulan
Terjatuh  ulasan padat dan singkat dari sejarah seni-seni orang
Merengkuh kode morse sang seniman tuk menambah kosa kata dalam pendidikan


PENULISAN KALA PERTUNJUKKAN

Gitar ini ditandai guratan-guratan nadi musisi
Sebelum kudengar teriakan disekitar petikan  sang penari
Dawai-dawai bergoyang melantunkan komposisi berlatar melodi
Membujuk rayu para wayang tuk bernaung sampai pagi

Tidak peduli  kuantitas honor walau tertimbun tebalnya kualitas
Bukan keluhan batin tuk setiap liter keringat yang memelas
Kulihat lesung pipit menawan tuk mengukur lelah yang tak tertahan
Sampai akhirnya tawa ceria menuliskan sejarah kebahagiaan

Laju serial musisi dan penari kupahami sedalam analogi
Tak ingin samar, anak lain pun keluar dari sangkar penutup diri
Disambut hiruk-pikuk  tanggapi keluguan dari sang seniman
Sampai kusimpulkan…
Teriakan lincah berbanding lurus kala bersinggung tepuk tangan

Kini mentari menjadi batasan saat kurengkuh momen tak tergantikan 
Prioritas kembali terkuak sambil merujuk pada tema pendidikan
Sang rembulan kembali kupanggil tuk menyaksikan sebuah kenyataan
Skripsiku selesai kala ku pandang sudut menawan dari sang seniman


PODIUM UTAMA PENA BERTINTA

Melepas syair-syair sendu meski terbelenggu oleh tema yang terikat
Berkisar antara nama pengarang dan biodata singkat
Putih bersolek cantik kertas A4 menorehkan cerita-cerita padat
Sampai akhirnya kulepas pena-pena bening yang begitu memikat

Tinta,dimana kau?
Kan kucari sampai ke kutub utara sekalipun
Mungkinkah sebuah tipe-x  yang telah membawamu pergi?
Ataukah kau berpindah ke dimensi lain kala terbias cahaya sang rembulan?
Ingatkah dulu saat kau menari pada jemari dan menorehkan beragam prestasi?
Kuharap kita masih berteman meski selalu ku rengkuh dunia pendidikan 

Pena bertinta…
Akhirnya kutemui beragam cerita berbalut fakta
Ku saksikan kumpulan insan terdahulu yang tak tahu isi makna
Kini kau angkat menuju podium utama bergelar “Sang Legenda” 

Kata diksi maupun kiasan bukanlah beragam teori tanpa praktik
Semua barisan bait kini tersebar seiring perjalanan sang mentari
Ingin ku berpesan pada kalian yang bertahta pena penuh tinta
Terima kasih puisi, kau jalankan misi secarik kertas berbaris kata
Teruslah berkarya pujangga meski jiwamu dirundung suka maupun duka


SENI TAK SEKEDAR PENERUS

Berlapis-lapis kain tergores kuas cair dan berwarna
Berpuluh-puluh kuas menjerit karena ditekan dan dipaksa
Beratus-ratus kain terbuang  ulah coretan yang tak perlu
Beribu-ribu makna keliru kini terganti oleh definisi yang baru  

Kurengkuh lalu kutenun realita disetiap panggung sandiwara
Seolah Generasi muda hanya meneruskan karya lama
Namun, opini itu telah dibantah oleh keringat putra matahari 
Karena sinar yang ratusan derajat fahrenheit  telah terpana
Menyaksikan anak yang memamerkan seni berwahana dunia

Cerita memang sulit berpapasan dengan prediksi
Nenek moyang mewariskan berjuta budaya untuk diteliti
Setiap seluk-beluk kata masih perlu dicari solusi
Sebagai pengungkap tabir dalam setiap rentetan misteri

Kesimpulan penelitian mengungkapkan sebuah fakta
Pendidikan bersatu padu dengan estetika kaum muda
Akan muncul karya-karya tak terduga dari cat maupun tinta
Keduanya tetap bertumpu pada arus keindahan kasatmata
Selayaknya sebuah imbuhan disetiap jajaran kamus bahasa
Hanya menjadi percikan bumbu dalam setiap kata dasar
Usia bukalah kodrat untuk diam dan hanya meneruskan
Karena seni bernubuat untuk mencitrakan cita baru pendidikan 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar