Sabtu, 08 Juni 2013

Puisi-Puisi Ummu Bashiroh

Ummu Bashiroh, kelahiran Kudus, 03 september 1994 dari pasangan Muslim dan Zaidatun. Bertempat tinggal di Cendono RT.04 RW.08 Dawe Kudus. Pendidikannya dari jenjang RA sampai MA di tempuh di Madrasah NU Miftahul Falah Cendono Dawe Kudus. Sekarang masih aktif menjadi mahasiswa semester IV di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus Jurusan Tarbiyah dengan Program Studi Pendidikan Agama Islam. Jika ingin berkomunikasi dengannya silakan hubungi di nomor HP 085779823909 atau melalui alamat e-mail ummu.bashiroh@gmail.com.


CITA WARNA DUNIA

Denting dalam kesemuan bahasa
Tabu merengkuh dalam setiap cerita
Adanya dalam indah narasi cinta cita
Terbungkus sepi dalam detik penghabisan harap kata
Kering kerontang kulit wajahmu, terbaca jelas pada otot biru, menggariskan titik kejenuhan wajah muda

Kusutmu dalam muka yang berharap meski lelah
Mengepal tangan untuk kuat tanpa tangga penguat
Engkau ada bersama dalam cita-cita warna dunia
Hidupmu tergaris di sudut-sudut kumuh
Jauh.... jauh dan sangat jauh
Untuk mata jernih melihat menyeluruh

Meski dalam kehimpitan hitam
Yang begitu mencekam...
Menerkam...
Semangatmu yang pekat benar-benar menghitam membara
Dalam waktu tak sementara
Demi cita untuk mewarnai dunia


BATU DI HARI TUA

Engkau yang di sana
Cemasmu pada masa
Mengambang tak terbaca
Kerutan keningmu adalah tanda
Saat waktu telah memakanmu
Dan kamu memakan semu
Hanya dalam “harap” engkau tanpa “harap”
Dan hanya dengan “sesal” engkau tak mampu menyesal

Keganasan dunia telah memburumu
Menamparmu dengan sajak-sajak kebodohan batu
Menerobosmu dalam jengkal yang menganga
Lukamu bukan lagi biasa

Meskipun langit itu menguning di fajar kehidupan
Dan kehidupan membungkam di kehitaman
“Andai” adalah mantramu
Mantra tumpul tanpa mata
Mata penglihat dan mata pembuka
Duniamu telah tergerus masa
Hanya sisa-sisa sajak penyesalan kata
Bangkitmu adalah usaha tanpa kepastian pada akhir cerita


PENGEMBALA CERDAS

Di hamparan luas, tempat padi menguning
Burung-burung berlomba terbang
Bersahut-sahutan, memetik satu biji tanpa serang
Ironi datang menghadang
Bocah pengembala dan suling
Menari-nari bersama ilalang
Sembari baca alam yang terbuang

Tanpa eja apalagi membariskan kata
Hidup adalah ejaan setia
Setia pada semua, milikNya
Baginya pendidikan adalah dunia
Bukan deretan kata

Tangisnya, antaran kata membunga
Bunga busuk harumnya
Bacaannya, kata terkotori kelalaian penguasa
Kata, bahasa berhamburan di mana-mana
Baginya bukan pendidikan nyata

Hidupnya tercekik penguasa
Penguasa  kata bahkan bahasa
Yang lalai akan mahkota sementara
Tapi sejati ada padanya
Kecerdasan nyata
Adalah “pelihara milik dan hakNya” menjadi tasbih ejaaan kata


PENA PATAH

Sudut ruang tenggelam 
Dalam malam mencekam
Terukir sejarah indah di sana
Sejarah penuh tangis, tawa
Di antara ceria dan nestapa

Di bawah lengkungan rembulan
Terurai kata di sajak lelehan
Selembar kertas kusam
Terkenang sejarah manis tapi masam

Hanya tertulis satu kata
Tanpa basa-basi tak bermakna
Tergores sejarah indah di sana
Indah tapi penuh air mata
Hanya satu kata
Kata “cinta”
Mengenang kisah tanpa perwujudan nyata

Sajak terurai pada selembar kertas
Bersama pena patah bekas
Jelas terukir kisah
Akan kepiluan sejarah

Sepucuk kata mengatakan “cinta”
Penisbatan malam-malam tenggelamkan senja
Senja penggoda pandangan
Bukar sekedar lilin-lilin yang meredup terkikis zaman

Katanya adalah “cinta”
Cinta pada cahaya
Cinta pada “tahu” nyata
Hingga kata tak lagi menjadi pembohong kehidupan belaka


MENANTI SENJA

Suram dalam cerita
Aku berdiri dengan rerimbunan duka
Pilu tanpa batas masa
Menggugah bait-bait luka
Hingga darah melaju dengan keindahan semunya
Mengoyak tubuhku yang kian lesu
Dalam penantian-penantian semu
Kebodohan yang membelenggu

Dalam tatap penuh harap
Mencari senja di sudut-sudut gelap
Mengadakan yang belum ada
Dan meniadakan apa yang ada

Bujuk pencarian merayu
Menari-nari semu demi yang baru
Inovasimu.... inovasimu...
Di mana ku harus mencari hadirmu... senja...
Setiap detak jantung adalah pencarian menujumu
Hembusan nafasku melayang-layang terbang bersamamu
Kau adalah yang indah dan baru
Adamu adalah baru yang ditunggu

Senja...
Datanglah... Ceriakanlah dunia
Dengan sinar indah dan senyum ramah
Barumu adalah anugerah terindah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar