Sabtu, 08 Juni 2013

Puisi-Puisi Hayatul Husna

Hayatul Husna, siswa kelas XI.IPA.1 di MAN/MAPK Koto Baru Padang Panjang. Lahir di Paninjauan, 9 September 1995. Berdomisili di Padang Panjang, Sumatera Barat. Husna sekarang aktif melakukan kegiatan kesusastraan di Sanggar Sastra Rumah Puisi Taufiq Ismail, di samping itu ia juga mendapat peran penting di Sanggar Sastra Siswa Indonesia-Cakrawala (SSSI-Cakrawala) di madrasahnya.

Sejak aktif sebagai anggota forum kesusastraan, karyanya berupa puisi dan cerpen pun sering mewarnai koran-koran lokal Sumatera Barat. Sebentar lagi ia bersama teman-temannya akan merilis sebuah antologi sanggar di madrasahnya. Untuk kontak lebih lanjut, bisa menghubuinginya via nomor 085766158796, atau email melalui hayatulhusnatherayra@gmail.com


DENGAN KERTAS DAN TINTA

Berteman kertas dan tinta
Lukiskan kisah hidup manusia
Tentang perjuangan kaum proletar
Meraih sukses dan bahagianya
Bangun pagi mengais rezeki
Di antara tumpukan sampah yang menggunung tinggi
Demi mendapat sesuap nasi untuk bertahan sehari- hari
Itulah perjuangan hidup sang pemulung
Siang malam di lampu merah dan jalanan
Berpanas hujan harap belas kasihan
Dari satu dermawan ke dermawan penuh harapan
Pengamen pun ingin bertahan
Pagi hari di pinggir jalan dengan sapu di tangan
Dari ujung jalan hingga jauh mata memandang
Mengumpulkan sampah para bangsawan
Tukang sapu pun peduli perjuangan

Hai kawan
Tidakkah ada rasa pedulimu terhadap mereka
Adakah pintu hatimu terketuk disana
Adakah tangan yang terulur untuk mereka
Tidakkah kau tahu
Mereka juga punya impian
Ingin tersenyum dalam bahagia
Dalam rajutan dan kasih sayang

Tapi
Tak perlu kau khawatir
Tak usah berduka
Tak turut meratapi nasib mereka
Mereka bersama kertas dan tinta
Tempat mereka merajut cita
Melukis, menangis, dan bicara
Mengeluh, berdoa dan berkarya
Kertas dan tinta
Sihir kehidupan mereka
Dengan seni yang mereka punya
Mereka telah raih suksesnya
Bersama kertas dan tinta.


SIKLUS ZAMAN

Hidup
Dari masa ke masa
Tinta lukiskan hitam dan putihnya
Pelangi pancarkan cakram warna
Manusia hidup sebagai tokohnya
Ubah warna dan legenda
Tua ke muda
Berganti rupa dan raga
Tutup yang lama
Ukir yang baru.

2013


SENI, KAULAH DALANGNYA

Seuntai kalimat tersirat makna
Tak bisa dibaca lewat mata
Hati yang ‘kan merasa
Meski mulut coba menerka
Mengeja kata demi kata
Tapi lidah terbata- bata
Logika pun ikut meraba
Itulah seni bahasa
Tak seorangpun yang tahu makna sesungguhnya
Peradaban berubah, seni pun lebih bermakna
Pendidikan maju, seni ikut tancapkan pedangnya
Pemerintahan jaya, senilah dalangnya..

2013


BERSAMA KATA, KITA MERDEKA

Indonesia merdeka karena kata
Kata bicara mengangkat nama bangsa
Pejuang bergerilya dengan rundingan
Rangkaian kata dan bait luluhkan keangkuhan dan ego
Kata berikan ketegaran zaman
Menangis dalam tulisan
Namun tampak tegar dalam kehidupan
Merintih dengan lukisan
Namun dinyata masih bertahan dengan senyuman
Berdoa dalam nyanyian
Di hati amatlah dalam
Batin kita merdeka, kawan
Ketika peluang akademi tak mampu membawa berlari
Kata berhasil membawa terbang tinggi
Ketika suara tak lagi didengar
Lewat kertas dan tinta mereka terpana
Mulut tak bisa bersuara saat zaman mengunci haknya bicara
Tangan tak berdaya meraih asa ketika borgol massa telah mengikatnya
Tapi tidak dengan kata
Disinilah kita bersuara
Bicara pada alam, bicara pada dunia
Kata adalah kebebasan nyata yang hadir di depan mata
Tanpa batas yang mengekangnya
Karena kata
Adalah kemerdekaan sejati
Karena kata
Adalah seni.

2013


SAMPAIKAN DENGAN SENI

Ketika pagi menjelang
Mentari masih tersenyum pada bumi
Menampakan rasa abdi pada Ilahi
Selalu sabar menjadi saksi
Pahit manis, keganasan dan kekejaman zaman
Lihatlah alam ini
Semakin hari hampir menemui titik final kehidupan
‘Kan berakhir menutup lembaran takdir kita
Bersiap ‘tuk hadapi langkah hakiki
Dihisab baik buruknya amalan
Tanda- tanda itu sudah semakin nampak
Bumi terlalu sering memuntahkan muatannya
Laut sering luapkan tampungannya
Tak lagi terima keluhan para perusak masa
Hingga suatu saat semua ‘kan bersatu memuncakkan amarahnya
Pandanglah pada insannya
Pemimpin tak lagi pada amanahnya
Khalifah jadi orang- orang yang khilaf
Muslim berpegang pada ikatan zalim
Siapakah yang bisa mendengar curahan ini
Semua sibuk dengan kepentingan sendiri
Dalam renungan di malam sepi
Hanya satu tanya di sini
Adakah yang terketuk di pintu hati
Lewat seni ungkapkan suara hati
Melalui bait- bait mengkritik zaman
Dengan melodi rangkaikan muhasabah diri
Itulah seni
Tempat menangis dan tertawa
Mengeluh, bersyukur dan berdoa
Kembangkan sayap Garuda
Ubah peradaban dunia.

2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar