Selasa, 29 Oktober 2013

Puisi-Puisi Adetia Anetama

Nama saya Adetia Anetama, saya lahir tanggal 7 desember 1997. Sekarang saya sedang duduk di bangku kelas XI IA 4 SMA N 1 Sumatera Barat di Padang Panjng. Karena saya berasrama, karya saya ini dikirim dan dibuat dengan penuh perjuangan, mulai dari tidak punya HP (tidak boleh bawa HP ke asrama), belum pernah mentransfer uang sebelumnya , dan setidaknya saya mendapatkan ilmu baru dengan adanya lomba ini untuk bias berpartisipasi  dalam sebuah lomba. Motto hidup saya berubah setelah mengikuti lomba ini “ mencari kesempatan, bukan menunggunya datang sendiri kepada kita”. no HP (asrama): 081267985840 Dan email : adetia.netama@yahoo.com FB : tiyya nethama 


HIDUP SANG BUMI KEMUSTAHILAN

Pelita itu terbit dari langit keajaiban
Meronakan wajah bumi  kemustahilan nan  pucat
Airmatanya membasahi pipi kesakitan  nan tandus
Membasahi bibir  kehidupan nan kering
Jerami-jerami perjuangan itu kini basah
Basah membusuk di tengah sawah penderitaan
Tenggelam, terbenam, terinjak dalam lumpur kenistaan
Hancur! Hancur! Ditelan kebiadaban kaki kekerasan
Bumi kemustahilan itu menangis
Air matanya membasahi jerami perjuangan nan membusuk
Membangunkan bunga-bunga pahlawan nan tertidur
Membuahi bunga-bunga kerja keras nan mandul
Melenturkan robot-robot kaku itu menjadi manusia-manusia tuhan
Jerami-jerami perjuangan itu
Bunga-bunga pahlawan itu
Manusia-manusia tuhan itu
Kini menari, melukis kancah drama kehidupan
Di sebuah kanvas kemerdekaan
Kemerdekaan sang penjarah kemustahilan



WARNA BUKAN ANGKA

Aku berjalan menyusuri lembah hitam
Dikelilingi suara-suara kemenangan
Gemirincing logam emas dan perak tanda keberhasilan
Dan Tangis haru kebahagiaan
Tapi tak satupun dapat kulihat
Tak satupun dapat kuraba
Tak satupun yang dapat kuraih
aku lelah tak ada yang mau menolongku
aku hanya bisa tenggelam  kegelapan dan kebodohan
aku hanya bisa mendengar orang berkata “ aku berhasil”
sedangkan aku hanya bisa berkata “gagal lagi”
aku sedih dan terus berlari
berlari dari lembah keputus asaan itu
hingga aku menemukan sebuah pintu pengobat lara
tempat dimana aku tidak menemukan pintu hitam itu lagi
tempat dimana aku bisa mendengar bisikan ”hidup itu perjuangan bukan kemenanagan”
tempat dimana aku bisa melukis duniaku sendiri
tempat aku mencipatakan pelangiku sendiri
  tempat aku bisa menyikan kerinduan sebuah kebahagiaan
tempat aku bisa belajar
hidup itu bukan angka tapi warna


MAHAKARYA SANG MAHA SENIMAN

Mengapa wajahku bulat?
Haruskah mataku ada dua?
Mengapa tidak hidung yang mendengar?
Atau mulut yang membau?
Kalau wajahku segi empat, sudah berapa sisir yang kuluruhkan?
Kalau mataku 8, berapa kacamata yang harus kupakai?
Jika hidungku mendengar, sudah berapa kali aku mimisan?
Jika mulutku bisa membau, nyamankah hidukpku saat ini?
Kiri kanan sama panjang
Atas bawah sama tinggi
Tidak ada yang miring
Tidak ada yang pincang
Maha karya Sang Maha Seniman


AKU TIDAK PERNAH TAU BAHWA AKU PERNAH TAU

Aku hanya tau dunia itu gelap
Aku hanya menyadari dunia ini seram
Aku hanya tau dunia itu berat
Aku hanya menyadari dunia itu kejam
Tapi aku tak tau
Kalau kulitku tidak gelap
Aku tak menyadari
Kalau  tampangku tidak seram
Aku tak tau
Kalau tubuhku tidak berat
Aku tak menyadari
Kalau diriku tidak sekejam apa yang dilakukan dunia padaku
Karena aku tidak pernah tahu
Kalau aku pernah tau bahwa aku adalah
Maha Karya seni terindah yang tak pernah bersyukur


MAHA KARYA SANG MAHA PENCIPTA

Orang bilang aku ini hitam
Hitam seperti tinta penaku
Orang bilang aku ini jelek
Lecek seperti uang ribuan yang diremukkan
Orang bilang aku ini bodoh
Bodoh seperti piaraan di rumahku
Orang bilang aku ini miskin
Miskin seperti kantong celana yang bolong
Orang bilang aku ini pendek
Pendek seperti kaleng yang diinjak
Orang bilang aku ini kotor
Kotor seperti got di depan sekolahku
Tapi aku berpikir
Setidaknya hatiku tidak sehitam tinta penaku
Imanku tidak sejelek tampangku
Akhlakku tidak sebodoh piaraan dirumahku
Prestasiku tidak semiskin kantong celana yang bolong
Kehormatanku tidak sependek kaleng yang diinjak
Perkataanku tidak sekotor got di depan sekolahku
Dan aku berpikir
Aku masih manusia
Maha Karya Sang Maha Pencipta





Tidak ada komentar:

Posting Komentar