Dewi Resti Permatasari, atau nama panggilannya ‘Resti’, dilahirkan di sebuah Pekon Waluyojati Kec. Pringsewu, Lampung, pada tanggal 28 Oktober 1992. Seseorang yang mengaku tidak memiliki potensi ini hanya berharap untuk menjadi seorang penulis. Saat ini ia sedang menempuh semester 7-nya di Perguruan Tinggi Swasta, jurusan pendidikan. Alamat : Jl. Sawit RT.02 RW.02, Waluyojati, kec. Pringsewu, Lampung. No. Hp : 089631247794 E-mail : narorezzty@yahoo.com
AKULAH MILIKMU
Dengarlah lantunan merduku
Lihatlah indahnya gerakku
Rasakan warna kedamaianku
Kini meredup hampir musnah
Kini meredup hampir hilang sudah
Tak bisakah kau menolehku?
Katanya aku tidak menawan
Katanya aku sangat usang
Katanya aku memalukan
Katanya aku ketinggalan zaman
Tak bisakah kau menyapaku?
Ketika pendatang itu muncul melahap segala
Ketika pendatang itu semakin menyamarkan semua
Ketika itulah aku terperangkap dalam gelembung yang tersisihkan ini
Ketika itulah aku terbelenggu dibatasi dinding-dinding yang kau buat ini
Tak bisakah kau menghampiriku?
Ketika kau lebih memujanya
Ketika kau lebih memilihnya
Ketika kau lebih mencintainya
Ketika itulah aku terhempas…
Terombang-ambing, tertelan gelombang keterpurukan
Auraku mulai habis
Jiwaku mulai terkikis
Anggota tubuhku pun tercabik-cabik
Haruskah aku lenyap?
Haruskah aku tergantikan?
Atau haruskah aku dimiliki orang lain?
Hei! Sang pemilik!
Lihatlah aku!
Akulah senimu!
Bukankah aku lebih berwarna?
Hei! Sang pemilik!
Sambutlah aku!
Akulah budayamu!
Bukanlah aku lebih istimewa?
Hei! Sang pemilik!
Terimalah aku!
Akulah milikmu!
Kembalilah jangan berpaling
SENI ITU APA?
Apakah seni membual?
Tidak
Apakah seni berkhianat?
Tidak
Apakah seni mengancam kehidupan?
Tidak
Seni itu apa?
Seni itu hanyalah terjemahan yang fantastik
Seni itu apa?
Seni itu hanyalah warna yang menghujani kebosanan
Seni itu apa?
Seni itu adalah cahaya bagi keredupan
Seni itu apa?
Seni itu adalah gelombang yang menyuarakan kesyahduan
Seni itu adalah aku
Seni itu adalah kamu
Seni itu adalah dia
Seni itu adalah kita semua
Seni adalah seni!
CIPTA UNTUK NEGRI
Pikiranku tidak lepas
Pikiranku tidak tewas
Bukan hilang,
Hanya melayang
Berterbangan menembus segala batas
Menerjemahkan segala keajaiban
Berbaur bersama hati
Melukiskan luasnya imajinasi
Menari bersama jemari
Menyentuh keindahan melalui warna-warni
Melambai bersama lengan ini
Membentangkan segala isi nurani
Menciptakan beragam damai bagi negri
Menyalurkan beragam ketenangan bagi tanah air ini
Menari bersama puisi
Bernyanyi bersama lukisan
Bersenandung bersama fantasi
SOSOK REDUP
Kala kutengok hamparan indah atap malam
Ku menduga cahaya-cahaya kecil itu terekspos melalui bintang nan megah
Gemerlapnya yang mampu menampak dari kejauhan sana
Mampukah aku seterang dia?
Kala kuhampiri sebuah lampu yang hampir tak berguna
Ku renungi sebuah cahaya redup yang mengalir darinya
Remang dan hampir dilahap malam
Apakah aku seredup dia?
Kala kutatap raga ini melalui cermin tak berdosa
Kutemui sosok yang selalu menyiakan waktu itu
Sosok yang tak mampu menerangi jiwanya
Sosok yang bahkan lebih redup dari sorot lampu remang itu
Aku terperangkap pada keacuhanku
Aku terperangkap pada kemalasanku
Aku terperangkap pada ketidakbergunaan-nya diriku
Aku terperangkap pada diri sendiri
Tubuh ini tak mampu bergerak gemulai selayaknya awan
Suara ini tak mampu semerdu dentingan air hujan
Tangan ini bukan pecipta suatu keajaiban
Sosok ini, raga ini, rupa ini…
tak mungkin membanggakan negeri tercinta
Mungkin,
Kini hanya menyesal
Mungkin,
Kini hanya menangis
Mungkin,
Kini hanya mampu menghujat bayangan sendiri
Siapa aku di negeri ini?
Untuk apa aku di negeri ini?
Seremeh apa aku di negeri ini?
AKU BICARA DARI SINI
Bicara dari hati
Bukan bicara tanpa arti
Bicara lewat imajinasi
Bukan bicara yang tak pasti
Bicara tanpa suara
Bukan bicara tanpa irama
Hanya bicara lewat tinta
Bukan bicara tanpa nada
Aku…
Bicara dari sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar