Yuni Retnowati sejak masih kelas lima SD sudah mulai menulis dan mempublikasikan tulisannya lewat media massa lokal dan nasional. Saat itu tulisannya berhasil dimuat di SKM Bina (Semarang), Majalah anak-anak Putera Kita (Yogyakarta), SKM. Bernas (Yogyakarta). Pada waktu SMP mulai suka menulis puisi dan bahkan menjuarai lomba penulisan puisi yang diselenggarakan KPS (Keluarga Penulis Semarang) dan FPBS. Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa Yogyakarta sebagai penulis termuda yang kemudian mengumpulkan karyanya menjadi antologi, yaitu “Nyanyian Kemerdekaan” (KPS, 1982) dan “Pendapa Taman Siswa Sebuah Episode.” Semasa kuliah cerpennya dimuat di majalah Femina, Majalah Kumpulan Cerpen ANITA Cemerlang dan Buku Kumpulan cerpen CERIA. Pernah menulis drama radio serial yang diudarakan di Radio Reco Buntung Yogyakarta. Menjadi salah satu juara dalam lomba penulisan cerpen yang diadakan Taman Budaya Yogyakarta dengan Umar Kayam sebagai salah satu jurinya. Namun produktivitasnya menurun seiring waktu dan kesibukan kerja. Kemudian di tengah-tengah kejenuhan kerja, dia terpanggil untuk kembali menulis. Novelnya “Tembang Perawan” diterbitkan 2011 (Brilliant Books. Yogyakarta). Bisa dihubungi lewat email : yuniwati67@gmail.com. FB: Yuni Retnowati. Alamat : Jatimulyo TR I/356 B Yogyakarta, No HP: 082135769843 dan 08175411067
TEMBANG PURBA
Siapa melantunkan tembang purba itu ?
replika peradaban silam nan langka
meniupkan mantra para pertapa
demi terhapus segala bala
dia yang bermata bening
menatap lugu ke para tetua
dia tahu segala yang disembunyikan masa
dengarkan dia masih berdendang
gubahan pujangga masa lalu
“sang hyang widi penguasa buana
jagalah bumi dari malapetaka.”
Bait puja-puji kala hamba meminta
bersama dupa wangi cendana
tak ada lagi kini dalam keyakinan kita
Menggali seni yang terkubur waktu
dilakukan atas nurani sang guru
menebar nilai-nilai hidup pada suatu masa
meski tak akan abadi
tapi nilai-nilai yang dijaga tradisi
selalu menjadi penuntun langkah kita
Guru-guru akan meneruskan tradisi
menjaga warisan leluhur dari generasi ke generasi
hingga generasi masa kini berdendang
bukan tembang usang yang tergerus waktu
melainkan untaian makna bernilai
Yogyakarta, Oktober 2013
UNTAIAN RASA
Bertalu-talu tetabuhan
iringi langkah maju mundur
melambai anggun
kemarilah menari
wirama penuntun setiap gerakan
wiraga perantara perasaan
wirasa ekspresi penghayatan
teruskan mengolah rasa
berkreasi mencipta seni
mengukir citra di sanubari
seni mendamaikan jiwa
mengajarkan nilai budaya
menebarkan pesona
kepada sesama yang berdiam di bumi
juga ajaran luhur
bagi setiap manusia
untuk meniti bumi
menuju keindahan hakiki
kebenaran sejati yang dinanti
damai selamanya
berkat seni yang terjaga sempurna
Yogyakarta, Oktober 2013
PENJAGA TRADISI
Sepenggal puja adalah tradisi lama
kala hyang widhi diagungkan dalam keesaanNya
segala tata cara pengabdian hamba
menjadi upacara persembahan yang fana
sekelompok manusia bersua
merangkai adat kebiasaan lama
mencipta berbagai karya seni
tembang penghimpun mantra
tari ekspresi rerasa
ritual pengejawantahan pengabdian
goresan pena menjadi puisi
goresan warna menjadi lulusan
diikat dalam satu makna seni
generasi muda mencari makna
di balik semua ekspresi seni
pelajaran apa yang tersimpan di sana
seni untuk masyarakat
membentuk citra yang terpatri abadi
seni yang dipelajari setiap generasi
membangun karya dunia pendidikan
citra seni adalah keindahan abadi
mampu membentuk kedamaian hati
terus terjaga sepanjang masa
lewat tanggung jawab suci para pengabdi
siapakah mereka penjaga seni abadi
sebutlah nama para guru
katakan siapa saja para pujangga
atau seniman yang peduli senantiasa
pada seni milik negeri ini
citra diri yang pantas dibanggakan
Yogyakarta, Oktober 2013
KARYA CIPTA
Kerabatku
adakah suara yang begitu kau rindu ?
ketika di luar sana
teriak amarah melibas segala
pancaran luka yang terkikis masa
menjerit dalam duka yang mengerikan
Mari tanggalkan sejenak gempita dunia
lihatlah jauh ke lubuk hati
adakah senandung merdu?
sematkan senyum di bibir kita
goreskan nada-nada indah
seakan luka tak pernah ada
untuk apa berhenti dari siklus alami?
enyah dari rutinitas sehari-hari
bangun bekerja dan tidur lagi
jika kehampaan yang mengisi waktu
menata suka duka dalam sunyi
terjebak dalam perilaku yang begitu
Undanglah satu penanda
kelak dunia akan mengenangnya
sebagai karya dari cipta karsa
persembahan bagi sesama
sebuah tembang
kuuntai bersama rerasa yang kian merana
sebab jiwa haus akan cinta
butuh variasi hidup yang menyentuh sanubari
barangkali mewujud dalam seni
karya batin yang mendamba sesuatu yang berbeda
bagi jiwa-jiwa yang terbuka
Yogyakarta, Oktober 2013
CERMINAN KEHIDUPAN
Kita duduk melingkar di bawah purnama
petuah lewat cerita dipaparkan dari balik layar
melukis bayang-bayang sosok manusia
seolah cerminan kehidupan
kita di antara bayang-bayang itu
bertutur kata selayaknya manusia utama
siapa penulis kisah-kisahnya?
seolah tahu segala peristiwa
dengan alur yang sama
setiap masa tanpa jeda
hanya repetisi dari waktu ke waktu
lantas kita dipaksa percaya
ragam kisah manusia sudah terpola
kita menitinya sesuai pola yang tersedia
Tiba-tiba tetabuhan menggema
menunda lelap yang diharap
diiringi senandung berirama
mendayu-dayu namun merdu
simak kata demi kata
bukankah itu sebuah pengajaran?
Sering tak kita pahami
pelajaran tentang hidup
tersirat dalam karya seni
berupa kisah dan petuah
langkah kita seperti dituntun
agar tak salah arah
kitab-kitab tua terbuka untuk dibaca
dirangkai indah menjadi kisah
cermin kehidupan setiap insan
rakyat berguru pada beragam kisah
memahat citra beraneka rupa
jangan ulangi kesalahan yang sama
sebarkan nilai-nilai utama
Yogyakarta, Oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar