Hayatun Nufus, Lahir di Aceh 1984. Menulis puisi sejak SMP memenangi lomba tulis puisi beberapa kali, karya tulis dan lomba cerita pendek mahasiswa. Pernah menjabat Redaktur majalah Scanners majalah mahasiswa ilmu keperawatan Unsyiah. Memiliki beberapa buku Antologi Puisi, dan Antologi cerita pendek bersama teman-teman penulis. Terus menulis di nufus-suryadi.blogspot.com Anggota Forum Lingkar Pena Jakarta angkatan 16. Saat ini menetap sementara di Antananarivo-Madagascar. Dapat dihubungi melalui email h.nufus@yahoo.co.id atau telepon : 033 0530 641
BEREBUT JATAH
Dari atas panggung ketika itu ada pesan tak terkata
namun tergerak mencari celah masuk dalam pikir dan zikir
Manusia patung terperankan sempurna
Dalam lakon zaman yang tersaji serupa nyata
Aku disitu diantara baris, duduk menerka
Lihat! manusia patung yang awalnya mematung mulai bergerak
Tak satu namun berpuluh
Serentak menuju kursi-kursi yang tersokong tinggi
Berebut, saling bergelut
Aku disitu diantara berpasang mata menonton
Serupa semesta di luar sana yang menonton segala lakon kita
Banyak kursi dengan ragam profesi diperebutkan
Banyak nomor berputar menanti jatah
Ketika mencari sekolah, mencari kampus hingga mencari kerja
Manusia patung melakonkan kita yang terus berebut.
Antananarivo, Mei 2013
SEUDATI
Tepukkan tangan, hentakkan kaki, petikkan jari
Seudati mengirim pesan syahadat dalam gerak rancak
mengajak mengaku, berikrar dan patuh
tak perlu debat berpatah-patah
mari serentak menunduk takluk
Ada banyak lakon terkabar
Berbagai panggung bersilih ganti
Ada banyak khutbah mendendangkan ajar
Tapi seperti kataku tak perlu berdebat
Tepukkan tangan, hentakkan kaki petikkan jari
Antananarivo, 8 Agustus 2013
RUBUHKAN DINDING
Sekali waktu dinding-dinding itu harus dirubuhkan
Agar mata menajam hingga batas pandang tak terhalang
Di atas bangku, menopang tangan pada meja
Tak selalu terlihat bijak
Ada lebih dari itu di luar sana
Karena ketika bangku sekolah ditinggalkan
Ketika toga diserahkan
Harus ada seni dalam gerakmu untuk menjadi berguna
Bukan sekedar selembar kertas tersegel
Sekali waktu
Tak perlu berpetuah panjang
Gerakkan badan hingga jiwa mengawang dalam tari aneka syair
Dendangkan puisi tak hanya kali-kali
Cerdas itu bukan hanya bagi-bagi.
Antananarivo, 3 September 2013
LEBIH DARI YANG KITA TAHU
Bagaimana merubah pikir yang telah terbingkai tanpa celah?
Seperti lukisan yang hanya gunung seling sawah
Di meja sekolah tiru meniru
Padahal ada banyak yang bisa kita lihat
Ada banyak yang bisa kita kisah
Bagaimana menilai tanpa angka?
Seperti menemukan sinaps-sinaps lain
Dengan julur-julur tercabang tak hanya matematika
Bagaimana mencari berlembar rupiah
Tanpa harus menunggu berdesak mengirim berkas
Kantor ke kantor
Masa ke masa
Ada hal lebih dari itu.
Ketika kita berkreasi
Antananarivo, 9 Juli 2013
GURUKU TAK PERNAH MENGAJARKAN DENDAM
Guruku tak pernah mengajarkan dendam
Pun amarah yang memungut batu memecahkan jendela itu mengejutkan
Berita tersiar
Terkabar menuai cela
Guruku bergegas membagi petuah, tak pernah mengajarkan benci
Pernah juga ia mencipta puisi tentang mimpi yang tersanding kerasnya ingin
Namun beragam berita entah
terselip antara kitab-kitab yang kita kaji
antara buku-buku yang kita baca
antara papan yang tertulis tak hanya putih
Dusta menjelma benci memanas tangan memungut batu
Berita tersiar
Terkabar menuai cela
Padahal guruku tak mengajarkan dendam
Antananarivo, 9 Juli 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar